Seringkali kita mendengar orang mengatakan bahwa tidak ada kesempatan kedua. Artinya kesempatan tidak datang dua kali. Jadi mereka beranggapan bahwa jika peluang atau kesempatan itu muncul maka harus dimanfaatkan dan diambil dengan sekuat tenaga.
Tapi itu mungkin hanya bagi sebagian orang. Sebagiannya lagi --termasuk saya-- mungkin dan bahkan mengatakan kesempatan itu kita yang menciptakan, kita yang menghadirkan. Bahwa apa yang kita lakukan dan ingin lakukan ya tergantung dari rencana dan pilihan kita, dan jangan lupa, ketetapan dari Sang Pencipta. Sesempurna apapun rencana yang disusun, kalau Allah berkata "no" tidak akan pernah berubah menjadi "yes" dan begitu sebaliknya.
Contohnya saja pencopet. Ketika melihat barang berharga yang lalai dari pemiliknya, maka secepat kilat pencopet itu beraksi. Atau melihat perempuan berjalan sendirian dan membawa tas, di sanalah aksi mereka lancarkan. Ini adalah pencopet yang mengakui bahwa kesempatan harus dimanfaatkan.
Berbeda dengan pencopet lain. Mereka membuat tim, menyusun strategi dan mengeksekusinya. Pencopet ini naik angkot misalnya dua orang. Lalu mencoba mendekati korban. Lalu melancarkan aksinya dengan kerja sama tim yang baik. Seolah-olah mereka adalah penumpang angkot biasa seperti yang lainnya. Ini yang dinamakan menciptakan kesempatan.
Dari kedua contoh di atas, tidak bisa juga dikatakan bahwa memanfaatkan kesempatan dengan menciptakan kesempatan ada yang baik dan buruk. Itu hanya contoh ekstrim saja. Memanfaatkan atau menciptakan kesempatan tetap saja eksekusinya harus dengan sebaik-baiknya.
Berbicara tentang kesempatan, tentu tidak semua orang mempunyai kesempatan yang tepat dan datang di waktu yang tepat. Tergantung manusianya mau menyikapi seperti apa. Apakah mengambil begitu saja setiap kesempatan yang datang karena berpikir bahwa kesempatan tidak datang dua kali atau dengan penuh pertimbangan memikirkan kedatangan kesempatan tersebut, meskipun --bisa jadi-- kesempatan itu sudah lama diinginkan.
Tapi hidup tidak seserhana dan tidak sekebetulan seperti kesempatan yang datang itu. Karena memang tidak ada yang namanya kebetulan dalam hidup. Apapun itu, apakah kesempatan atau tidak, tetap harus dipikirkan kembali tentang sebab akibat, efek, dan pertanyakan kembali apakah benar kita memerlukan kesempatan itu? Apakah benar kesempatan itu yang kita tunggu? Apakah benar kesempatan itu BENAR?
Bisa saja itu adalah kesempatan yang ditunggu tapi di saat bersamaan kita juga musti berani mengatakan "no" untuk tidak mengambilnya. Mengapa? Karena kita yakin dan percaya akan menampilkan --bukan hanya kesempatan-- tapi juga suatu keadaan yang benar-benar diinginkan untuk sekarang dan masa datang. Bukan berarti pula menyia-nyiakan kesempatan tapi ada hal yang lebih penting dari hanya sekedar mengambil kesempatan tersebut.
Dan terakhir, apakah kesempatan atau tidak, rencana atau tidak, tetap sebagai Muslim segala perbuatan tetap harus pada standar kebenaranNya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H