Mohon tunggu...
Muhammad Tizar Adhiyatma
Muhammad Tizar Adhiyatma Mohon Tunggu... Pengacara - A Young Lawyer

Tizar currently serves as a member of the Indonesian Bar Association (PERADI) and has been admitted to practice in Indonesian courts. Master's areas of practice are Intellectual Property Rights; General Company Law; and Civil & Commercial Litigation.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Desa Waerebo dan Keunikan 7 Rumah Adatnya-Mbaru Niang

13 Januari 2024   15:46 Diperbarui: 16 Januari 2024   10:00 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persiapan Makan Malam di Niang Gena Maro (dokpri)

Disclaimer: 

Penulis melakukan perjalanan ke Wae Rebo pada Bulan Juni 2022. Semua fakta dan informasi terjadi di tahun 2022.

Keunikan Mbaru Niang yang masih terawat dengan baik disertai kehidupan tradisional masyarakatnya yang terharmoni indah dengan alam menjadikannya sebagai salah satu aset utama desa Wae Rebo dalam menarik wisatawan. Sebagai salah satu diantara ribuan wisatawan yang telah berkunjung di desa ini, saya bangga pernah beraktivitas di dalam Mbaru Niang.  Informasi yang diperoleh dari beberapa akun di youtube, di instagram dan tulisan-tulisan di blog, dan tentunya tabungan dari beberapa bulan, akhirnya saya pun bisa sampai di desa ini.Jujurly, dulunya sempat khawatir soal budget dan juga soal waktu. Sempat punya pikiran “nggak mungkin lah sy bisa ke Wae Rebo kalaupun nanti ada duit belum tentu punya waktunya.” Akhirnya liburan ke Wae Rebo terlupakan hingga pertemuan dengan seorang kawan. Seorang kawan yang sekarang malah menjadi partner in crime and holiday gue. Hobinya manjat gunung, traveling, dan makan tapi itu dulu, sekarang hobinya tinggal makan. Untungnya hobi travelingnya masih ada walau sedikit. Wait, tulisan ini bukan menceritakan kawan itu jadi diskip aja, next!


Di tahun 2022 Wae Rebo kembali masuk ke bucket list. Searching referensi di beberapa blog merupakan bekal utama memulai petualangan menuju Wae Rebo. Beberapa blog sangat informatif. Biaya hotel, biaya penyewaan motor, biaya sewa ojek, biaya sewa pemandu, biaya nginap di Waerebo, biaya ritual penyambutan tamu, semuanya tersajikan dalam blog tersebut hingga menginspirasi buat nulis pengalaman berkunjung ke Wae Rebo. Beberapa informasi penting dan receh akan disajikan juga dalam blog ini berdasarkan pengalaman pribadi Penulis mengunjungi Wae Rebo, updated  2 Juni 2022.
 

Petualangan saya dan teman mengunjungi Desa Wae Rebo dimulai. Perjalanan kami menuju Wae Rebo menggunakan motor NMax dengan harga sewa 150.000 rupiah/24 Jam. Ada juga motor jenis biasa harganya 75.000 rupiah/24 jam. Hampir sama dengan di Bali, tempat penyewaan motor juga banyak ditemukan di Labuang Bajo. Bahkan ojol yang kami order melalui aplikasi menawarkan motornya untuk disewa. Mengenai pengeluaran bensin, kurang lebih sekitar 70.000 rupiah dan bisa dipakai buat pergi hingga pulang, harga bensin pada saat itu Rp. 7.650,- perliter.

 (dokpri)
 (dokpri)

Dari Labuan Bajo kami mengarah ke desa pemberhentian terakhir sebelum mendaki ke Waerebo, Desa Denge. Perjalanan ditempuh kurang lebih 4 jam lamanya. Beberapa daerah tidak memiliki sinyal internet. Bahkan sinyal telpon pun hilang. Padahal petualangan kali ini sangat mengandalkan GPS yang menggunakan internet. Untungnya sehari sebelumnya, kami telah mendownload map offline di google map. Map offline tersebut harus didownload di google mapnya agar map bisa digunakan sebagaimana saat dia online. Dan benar juga, tidak berselang lama setelah meninggalkan Labuang Bajo sinyal internet kami mulai tidak stabil. 

Tiba di Nangalili sinyal telpon hilang. Tapi di Nangalili mata akan dimanjakan dengan hamparan lautan biru dan sesekali diselingi tebing ,salah satu view indah milik NTT. Bersyukur banget sih punya kesempatan berkendara melewati jalur-jalur indah nan rock, masa muda saya sangat menyenangkan.

Ngomong-ngomong soal Nangalili, dia memiliki view paling indah tapi sayangnya jalanan sangat rusak (2021 keadaannya seperri itu, entah gimana update 2024). Bahkan terdapat satu jalan yang dipalang oleh warga sehingga buat melintasinya kita perlu bayar 5.000 rupiah bagi pengendara motor, sementara untuk mobil 20.000 rupiah. Perjanannya sangat melelahkan, mengendalikan motor biar tetap stabil di jalan bebatuan itu sangat sulit. Belum lagi tanjakan bebatuannya yang membuat telapak tangan pegal dan kesemutan. Memang benar view perjalanan membuat kami terpesona tapi ada fakta yang tidak bisa dipungkiri bahwa badan kami sudah kelelahan, pantat dan tangan sudah sangat pegal dan sakit.

Melewati jalan yang berkelok, jalur pantai dengan suguhan viewnya, jalan yang hanya berisi bebatuan, jalan yang dialiri aliran sungai, berpapasan dengan anak sekolah yang memanggil kami mister, dan sempat salah jalan juga untungnya ada warga yang mengarahkan dan menuntun kami kembali ke jalan yang benar. Pastinya banyak hal yang ditemui diperjalanan dan banyak kejadian yang terjadi tapi kami menikmatinya “my trip my adventure” lah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun