Mohon tunggu...
TRI SUSANTI
TRI SUSANTI Mohon Tunggu... -

no comment

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

MENGENAL MOTIVASI

18 Desember 2010   09:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:37 1303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada seorang mahasiswa belajar begitu tekun mempelajari buku hingga lewat tengah malam. Lelah dan kantuk tak terhiraukan. Sementara itu, pedagang berangkat ke pasar pagi-pagi sekali, bahkan sebelum anak-anak mereka bangun. Pulang hingga menjelang petang.

Apa sebetulnya yang menyebabkan mereka, mahasiswa dan pedagang, melakukan atau bekerja seperti itu ? Apa yang mendorong mereka berbuat demikian ? Apakah motivasi ?

Kalau begitu, apa sih yang dimaksud motivasi itu ???

Secara etimologis, motif atau dalam bahasa Inggrisnya motive, berasal dari kata motion, yang berarti “gerakan” atau “sesuatu yang bergerak”. Woolfolk ( 1993 ) menegaskan bahwa motivasi dapat didefinisikan sebagai keadaan internal yang menaikkan, menggairahkan, dan memelihara perilaku. Dengan kata lain, bahwa motivasi merupakan salah satu penyebab yang sangat penting akan munculnya perilaku seseorang. Sedangkan menurut R.S. Woodworth mengartikan motivasi sebagai suatu set yang dapat menyebabkan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Meskipun para ahli memberikan pengertian tentang motivasi dengan bahasa dan titik tekan yang berbeda-beda, sesuai bidang ilmu yang mereka pelajari, pada dasarnya ada juga semacam kesamaan pendapat yang dapat ditarik mengenai pengertian motivasi, yaitu bahwa motivasi adalah suatu kondisi seseorang yang mendorong untuk mencari suatu kepuasan atau mencapai suatu tujuan. Jadi, motivasi adalah suatu alas an atau dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu , melakukan tindakan, atau bersikap tertentu.

Tingkah laku bermotivasi itu sendiri dapat dirumuskan sebagai “Tingkah laku yang dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan, agar suatu kebutuhan terpenuhi dan suatu kehendak terpuaskan” ( Dirgagunarsa, 1996:93-94). Dalam perumusan tersebut, kita lihat beberapa unsur pada tingkah laku yang membentuk lingkaran motivasi, seperti gambar di bawah ini.

Lingkaran Motivasi

Keterangan :

1.Kebutuhan

Motif pada dasarnya bukan hanya merupakan suatu dorongan fisik, tetapi juga orientasi kognitif elementer yang diarahkan pada pemuasan kebutuhan.

Dalam bukunya yang berjudul Motivation dan Personality ( 1954 ), Maslow menggolongkan kebutuhanmanusia itu pada lima tingkat kebutuhan, yaitu :

a.Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat fisiologis

b.Kebutuhan akan rasa aman

Pada dasarnya kebutuhan rasa

c.Kebutuhan cinta dan memiliki-dimiliki

d.Kebutukan penghargaan

e.Kebutuhan aktualisasi diri

2.Tingkah laku

Unsur kedua dari lingkaran motivasi ialah tingkah laku yang dipergunakkan sebagai cara atau alat agar suatu tujuan bisa tercapai. Jadi, tingkah laku pada dasarnya ditujukan untuk mencapai tujuan.

Morgan, mengemukakan beberapa bentuk tingkah laku instrumental berikut :

a.Aktivitas ialah gerakan-gerakan yang timbul menyertai adanya kebutuhan.

b.Gerakan-gerakan naluriah. Suatu gerakan yang dapat yang dapat dialakukan tanpa dipelajari terlebih dahulu.

c.Refleks, suatu gerakan yang diperlihatkan seseorang untuk mempertahankan atau melindungi tubuh dari kemungkinan-kemungkinan cacat, cidera, luka, dll. Biasanya gerakan refleks terjadi secara cepat sekali.

d.Belajar secara instrumental, yaitu mempelajari sesuatu yang terjadi tanpa sengaja.

3.Tujuan

Unsur ketiga dari lingkaran motivasi ialah tujuan yang berfungsi untuk memotivasikan tingkah laku. Tujuan juga menentukan seberapa aktif individu akan bertingkah laku. Sebab, selain ditentukan oleh motif dasar, tngkah laku juga ditentukan oleh keadaan dari tujuan. Jika tujuanya menarik, individu akan lebih aktif bertingkah laku.

Para ahli psikologi berusaha mengklasisikasikan atau menggolongkan motif yang ada dalam diri manusia atau suatu organism ke dalam beberapa golongan, yaitu :

1.MotifPrimer dan Motif Sekunder

Motif primer adalah bersifat bawaan, tidak dipelajari, artinya tidak ada pengalaman yang mendahuluinya. Yang termasuk motif primer adalah motif laper, haus, seks, bernafas, istirahat. Motif Sekunder sangat bergantung pada pengalaman individu.

2.Motif Intrinsik dan Motif Ekstrinsik

Motif intrinsik, yaitu motif-motif yang dapat berfungsi tanpa harus dirangsang dari luar. Misalnya, orang yang gemar membaca tanpa ada yang mendorongnya, ia akan mencari sendiri buku-buku untuk dibacanya. Motif ekstrinsik ialah motif-motif yang berfungsi karena ada perangsang dari luar. Misalnya, seseorang melakukan sesuatu karena untuk memenangkan hadiah yang khusus ditawarkan untuk perilaku tersebut.

3.Motif Tunggal dan Motif Bergabung

Motif tunggal misalnya membaca artikel tertentu yang berhubungan dengan tugas mata kuliah. Sedangkan, motif bergabung contohnya adalah belajar sesuatu yang baru bersama-sama anggota organisasi. Selain melatih kemampuan berorganisasi juga memperluas relasi guna kelancaran pekerjaan kantornya.

4.Motif Mendekat dan Motif Menjauh

Suatu motif disebut motif mendekat bila reaksi terhadap stimulus yang datang bersifat mendekati stimulus, sedangkan motif menjauh apabila respons terhadap stimulus yang datang sifatnya menghindari stimulus atau menjauhi stimulus yang datang.

5.Motif Sadar dan Motif Tak Sadar

Apabila ada seseorang yang bertingkahlaku tertentu, namun orang tersebut tidak bisa mengatakan alasanya, motif yang menggerakan tingkah laku itu disebut motif tidak sadar. Sebaliknya, jika seseorang bertingkah laku tertentu dan dia mengerti alasanya berbuat demikian, motif yang melatarbelakangi tingkah laku itu disebut motif dasar.

Diantara faktor internal dan faktor eksternal, faktor eksternallah yang memiliki sumbangan yang besar bagi terciptanya kegiatan belajar mengajar yang efektif serta hasil pendidikan yang memuaskan. Adapun salah satu faktor psikologis yang sangat potencial untuk mendukung keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah kompetensi dan berprestasi.

Sadar akan kebermaknaan motivasi berkompetensi, maka sudah sewajarnyalah anak-anak dikondisikan sejak dini untuk diberdayakan sehingga keberadaanya sebagai subyek dari segala aktivitas yang terkait dengan pengembangan dirinya. Kalau perlu sejak awal siswa diajak terlibat dalam mengembangkan program pembelajaran di kelas sesuai dengan kebutuhannya dan kondisi dukungan yang memungkinkan tercipta kegiatan pembelajaran yang menarik dan menggairahkan siswa, sehingga siswa merasa berkepentingan sekali terhadap aktivitas itu. Dalam konteks ini terjadilah semacam kontak belajar. Kondisi ini akan lebih mengikat siswa untuk menjaga keberadaan program dan partisipasinya dalam pembelajaran, tentu saja posisi guru harus menempatkan dirinya lebih sebagai fasilitator, pendorong, dan pendukung yang mampu menjadikan kegiatan belajar itu sebagai aktivitas yang produktif dan media untuk berlatih dalam memecahkan persoalan akademik khususnya, dan persoalan kehidupan pada umumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun