Mohon tunggu...
Nabila Ghaitsa
Nabila Ghaitsa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kedokteran Hewan

Mahasiswa S1

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kenapa Anjing Sering Dikaitkan dengan Kata Rabies?

8 Juni 2024   13:06 Diperbarui: 8 Juni 2024   13:13 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/1N14sBAmC

Mendengar kata "Rabies" pasti sudah tidak asing di telinga. Biasanya masyarakat langsung mengaitkan kata rabies ini dengan anjing yang menggonggong dan mengejar tanpa  tahu sebab pastinya kenapa anjing berperilaku seperti itu. Rabies sendiri merupakan penyakit zoonosis yang menjadi perhatian di dunia kesehatan karena menyebabkan akibat yang fatal pada penderitanya hingga kematian. Rabies ini disebabkan oleh virus (genus Lyssavirus, Family Rhabdoviridae) yang ditransmisikan oleh hewan kepada manusia. Gejala rabies biasanya akan muncul sekitar 3-8 minggu setelah anjing terkena virus tersebut. Ciri anjing yang terkena rabies seperti lesu, demam, lebih agresif, air liur berlebihan, sensitif pada suara dan sentuhan serta tidak suka dengan air. Faktanya rabies ini tidak hanya ditularkan anjing melainkan beberapa hewan yang tergolong dalam hewan beresiko rabies lainnya seperti kucing, kera, kelinci, kambing, sapi, dan kuda. Dari sekian banyak hewan pembawa rabies, anjing merupakan hewan yang paling sering menjadi sumber penularannya. Hal ini karena anjing adalah hewan peliharaan yang sangat dekat dengan masyarakat bahkan terkadang dianggap sebagai bagian dari keluarga, maka dari itu perlu selalu mengecek kesehatan hewan peliharaan.


Kaitan bahwa anjing memiliki stigma pembawa rabies di masyarakat ini benar adanya di lingkungan mereka. Bahwasannya rabies bisa dibilang dipopulerkan oleh anjing, umumnya juga dikenal dengan penyakit anjing galak. Faktor yang menyebabkan rabies pada anjing kesayangan seperti kontak dengan anjing lain, status vaksinasi rabies, pemeriksaan kesehatan anjing, dan kondisi fisik anjing Bahkan tak sedikit yang membuat banner "awas anjing galak" di beberapa tempat yang tergolong ramai untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap anjing liar disekitar dengan tujuan mengantisipasi jika anjing yang diwaspadai terkena rabies. Secara mudahnya menurut pandangan saya, rabies ini tidak sepenuhnya dimulai dari anjing. Ada kemungkinan anjing yang terinfeksi sudah terlebih dahulu tergigit atau terinfeksi hewan lainnya yang terkena rabies. Apabila anjing yang tertular menggigit atau meneteskan air liur pada pemiliknya atau orang lain maka dapat menularkan dan sangat berbahaya bagi manusia mengingat obat rabies sampai saat ini belum ditemukan dan harus segera mendapat pertolongan. Hal yang bisa kita lakukan apabila terkena liur anjing tersebut maka sesegera mungkin dibawa ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat untuk diberi suntik atau vaksin anti rabies sebelum 24 jam atau secepatnya. Kesehatan hewan di masyarakat masih sering diabaikan sehingga penyebaran rabies juga kurang terkontrol. Selain hewan, kita juga perlu memastikan kebersihan. Ada tiga metode praktis pengelolaan populasi anjing: pembatasan pergerakan, pengendalian habitat, dan pengendalian reproduksi. Di Asia, program pengendalian kelahiran hewan (ABC) dan vaksinasi rabies telah dianjurkan sebagai metode untuk mengendalikan populasi anjing jalanan perkotaan jantan dan betina dan, pada akhirnya, rabies pada manusia. Intervensi pengendalian rabies hewan di Sri Lanka dan Thailand telah menunjukkan keberhasilan besar dalam mengendalikan rabies pada manusia di daerah dimana rabies anjing merupakan endemik.

https://pin.it/2VIH2BSrH
https://pin.it/2VIH2BSrH


Jadi kesimpulan dari banyaknya penghakiman masyarakat pada anjing penular utama rabies itu dapat dibilang ada benarnya. Memang benar anjing yang tertular atau terjangkit rabies sangat berkemungkinan besar menularkan pada manusia karena anjing merupakan hewan yang dekat dengan manusia. Ada baiknya juga selalu mengecek kesehatan peliharaan kita, bukan hanya anjing tetapi juga kucing dan peliharaan lainnya yang dapat menularkan rabies karena mereka dekat dengan lingkungan keluarga dan masyarakat. Kesehatan hewan peliharaan juga dapat menjaga kesehatan pemilik dan psikologisnya juga.

Referensi :

Livia Dirma Pr dkk (2022). Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Rabies Pada Kucing Dengan Menggunakan Metode Certainty Factor. Jurnal Ilmu Komputer, Ekonomi dan Manajemen (JIKEM) melalui
https://ummaspul.e-journal.id/JKM/article/download/4494/1831

Gabriella G. Mamoto dkk (2021). Implementasi Kebijakan Pemerintah Dalam Penanggulangan Hewan Beresiko Rabies Di Kabupaten Minahasa Tenggara (Studi Di Dinas Pertanian Kab. Minahasa Tenggara). JURNAL GOVERNANCE Vol.1, No. 2, 2021 melalui
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/governance/article/download/34842/32682

Firda Yanur Pradani dan I Gede Wempi Dody Surya Permadi (2021.) REVIEW : RABIES PADA RODENSIA DALAM KURUN WAKTU 20 TAHUN. Jurnal Vitek Bidang Kedokteran Hewan Vol.11 No.2, November 2021 melalui
https://vitek-fkh.uwks.ac.id/index.php/jv/article/download/76/102/

I Nyoman Dibia dkk (2015, September). Faktor-Faktor Risiko Rabies pada Anjing di Bali. Jurnal Veteriner September 2015 Vol. 16 No. 3 : 389-39 melalui
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet/article/download/16254/10642/

Basha, H. M. R., & Thangaraj, S. (2012). Community perception regarding rabies prevention and stray dog control in urban slums in India. Infectious Diseases, Public Health, Environmental and Occupational Health, General Medicine, 12(1), 1-8. doi: https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2008.09.003

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun