Mohon tunggu...
zhalfazhahira
zhalfazhahira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga tahun 2024

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stigma Gigi dan Dampaknya pada Kesehatan Mental

13 Desember 2024   20:45 Diperbarui: 13 Desember 2024   20:45 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pendekatan intervensi berbasis Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yang telah terbukti efektif dalam mengurangi kecemasan dan stres pada pasien dengan masalah kesehatan mental dapat diadaptasi untuk mendukung perawatan gigi. Terapi ini membantu individu mengelola rasa takut terhadap perawatan gigi, meningkatkan kepatuhan terhadap kebiasaan perawatan mulut, dan mengurangi gejala kecemasan yang sering kali menghalangi mereka untuk melakukan perawatan gigi secara rutin.

Etika dalam Praktik

Peran dokter gigi dalam memberikan dukungan psikologis kepada individu yang mengalami masalah gigi itu sangatlah penting, terutama mengingat dampak kesehatan gigi yang buruk terhadap kesehatan mental. Dokter gigi memiliki peran penting dalam membangun hubungan empatik dengan pasien, memberikan edukasi, mengelola kecemasan, dan mendorong perawatan diri untuk meningkatkan kesehatan gigi dan kualitas hidup secara keseluruhan. Hubungan antara kesehatan gigi dan kesehatan mental sangat erat, di mana masalah kesehatan gigi dapat memengaruhi kesejahteraan mental seseorang dan sebaliknya.

Seperti halnya yang tersirat dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Undang-undang ini sebagai dasar hukum pelayanan kesehatan yang menegaskan pentingnya hak atas kesehatan sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM). Undang-undang ini juga menekankan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan melalui pelayanan yang berkualitas dan akses yang merata. Undang-undang ini memberikan kerangka hukum untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Indonesia, termasuk kesehatan gigi. Meskipun tidak spesifik mengenai kesehatan mental, undang-undang ini menciptakan dasar bagi integrasi layanan kesehatan yang holistik, yang seharusnya mencakup perhatian terhadap kesehatan mental dalam konteks perawatan gigi.

Dengan membangun hubungan empatik yang baik, memberikan edukasi yang memadai, mengelola kecemasan, dan mendorong perawatan diri, dokter gigi dapat membantu pasien menghadapi tantangan kesehatan gigi mereka. Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup individu tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan mental secara keseluruhan.

Stigma Sosial Terhadap Kondisi Gigi

Stigma sosial terhadap kondisi gigi dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan mental individu. Hal ini sering kali mengakibatkan munculnya rasa malu dan rendah diri dalam diri individu. Berikut adalah beberapa cara di mana stigma ini dapat mempengaruhi kesehatan mental:

  • Persepsi Negatif Terhadap Kesehatan Gigi
  • Rasa Malu dan Isolasi: Individu dengan masalah gigi sering merasa malu untuk menunjukkan senyumannya atau berbicara di depan umum, yang dapat menyebabkan isolasi sosial. Stigma ini diperkuat oleh pandangan masyarakat yang menganggap gigi yang tidak sehat sebagai tanda kurangnya perawatan diri atau kebersihan.
  • Penundaan Perawatan
  • Menghindari Dokter Gigi: Banyak orang enggan untuk memeriksakan gigi mereka karena takut akan penilaian negatif dari dokter gigi atau masyarakat. Hal ini menyebabkan penundaan dalam mendapatkan perawatan yang diperlukan, sehingga masalah gigi semakin parah dan dapat mempengaruhi kesehatan mental secara keseluruhan.
  • Dampak pada Kualitas Hidup
  • Keterbatasan Aktivitas Sosial: Stigma dapat membatasi individu dalam berpartisipasi dalam aktivitas sosial atau profesional, yang berpotensi menurunkan kualitas hidup mereka. Ketidaknyamanan fisik akibat masalah gigi juga dapat menambah beban emosional dan psikologis.
  • Pengalaman Masa Kecil
  • Trauma dari Pengalaman Negatif: Banyak orang membawa pengalaman traumatis dari masa kecil terkait kunjungan ke dokter gigi, yang membentuk stigma jangka panjang terhadap perawatan gigi. Kenangan ini dapat menyebabkan kecemasan yang berkepanjangan dan ketidaknyamanan saat harus menjalani perawatan.
  • Persepsi Masyarakat Terhadap Dokter Gigi
  • Stereotip Negatif: Stereotip bahwa dokter gigi adalah sosok yang menakutkan atau tidak ramah dapat memperburuk stigma terhadap perawatan gigi. Hal ini membuat pasien merasa tidak nyaman dan enggan untuk mencari bantuan medis ketika diperlukan (Adyatmaka, I., 2021).

Untuk mengatasi stigma sosial terkait kondisi gigi, beberapa kampanye edukasi telah terbukti efektif. Misalnya, kampanye 'Dare to Smile' di Australia berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perawatan gigi dan mengurangi persepsi negatif terhadap individu dengan masalah gigi. Di Indonesia, program 'Gerakan Peduli Kesehatan Gigi' yang digagas oleh Kementerian Kesehatan telah menyasar berbagai lapisan masyarakat, dari sekolah hingga komunitas, untuk mengurangi stigma dan mempromosikan kebersihan mulut yang lebih baik. Kampanye-kampanye ini mengedukasi masyarakat tentang bahwa masalah gigi adalah kondisi medis yang dapat diatasi, bukan sekadar masalah estetika atau indikator kurangnya perhatian terhadap kebersihan pribadi.

Kesimpulan

Menjaga kesehatan gigi dan kesehatan mental adalah aspek penting dari kesejahteraan individu. Keduanya saling mempengaruhi; masalah di satu area dapat memperburuk kondisi di area lainnya. Oleh karena itu untuk mencapai keseimbangan yang sehat antara kesehatan gigi dan mental, diperlukan pendekatan yang lebih holistik, yang melibatkan kolaborasi antara dokter gigi dan profesional kesehatan mental. Kolaborasi ini tidak hanya akan memastikan perawatan gigi yang lebih efektif, tetapi juga memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan pasien untuk mengatasi kecemasan dan stigma yang terkait dengan masalah gigi. Dengan demikian, kualitas hidup individu dapat ditingkatkan secara keseluruhan, baik dari segi kesehatan fisik maupun mental.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun