Mohon tunggu...
zain alfan
zain alfan Mohon Tunggu... -

fullname : zain hanif alfan, nickname : zain, faculty of psychology in UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perbedaan Pernikahan Shinto di Jepang dengan di Indonesia

24 November 2014   04:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:01 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pernikahan merupakan upacara ritual yang sakral dan hanya terjadi sekali seumur hidup, hampir di semua negara memiliki kepercayaan dan norma sendiri di negaranya masing-masing. Nah, disini penulis akan membahas sedikit tentang pernikahan di Jepang. Pernikahan shinto di Jepang biasanya dilaksanakan di kuil Jinja. Dan pakaian yang dikenakan mempelai wanita dalam pernikahan ini adalah kimono furisode (Shiromuku) yang dilengkapi dengan penutup kepala putih (wataboshi) dan biasanya wajah dan badan mempelai wanita diputihkan menggunakan semacam bedak putih (Oshiroi) serta menggunakan hiasan rambut yang diberi nama tsuno Kakushi dengan dilengkapi tusuk konde dengan hiasan bunga (Kanzashi). Sedangkan mempelai pria hanya menggunakan Montsuki (kimono berwarna hitam) dan dilapisi Haori berwarna gelap dan emngenakan hakama.dan dipimpin oleh kannushi (pendeta shinto). Prosesi pernikahan shinto sendiri biasanya dimulai dengan penyucian dan doa dari kannushi kepada kedua mempelai agar diberi keberuntungan, kebahagiaan dan perlindungan dari dewa.kedua mempelai akan mengadap kea arah altar pernikahan yang terdapat Kamidana (Butsudan dalam agama Budha) yang terdapat persembahan kepada dewa berupa Shinsen (persembahan berupa buah, sayur dan ikan), Tamagushi (Ranting pohon sasaki yang diikat dengan kertas washi berwarna putih. Pohon sasaki dianggap sebagai pohon sakral dalam Shinto), garam (shio), gohan (nasi), kue mochi, dan Miki (sake). Prosesi pernikahan shinto di Jepang cukup panjang dari iring-iringan kedua mempelai dari nakodo (di Indonesia disebut tukang comblang0, keluarga dan kerabat kedua mempelai, kedua mempersiapkan diri sekitar 30 menit mendengarkan tata cara pernikahan dan keluarga menunggu di tempat terpisah dengan diberikan ocha atau semacam teh, Ritual sanshin dimana mempelai diantarkan kelaurga dan kerabt ke dalam altar dan hingga proses akhir yaitu mempelai wanita mengganti pakainnya dengan kimono uchihake yang berwarna merah terang dan dengan sulaman benang berwrna emas.

Perbedaan pernikahan di Jepang dengan di Indonesia adalah kesan pernikahan di Jepang tertututp karena para undangan hanya pada kalangan keluarga dan kerabat sedangkan di Indonesia sangat terbuka bahkan sampai tetangga pun mendapat undangan untuk menghadiri penikahan tersebut. Di Jepang mempelai bebas memilih pernikahn mereka tanpa dipengaruhi agam dan kepercayaan yang di anut ini sangat berbeda dengan di Indonesia.Di Jepang pun tidak ada yang namanya mas kawin. Ini sangat berbeda dengan Indonesia yang terdapat mas kawin yang terkontaminasi budaya Eropa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun