Mohon tunggu...
RIZAL Zhal_s
RIZAL Zhal_s Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya suka Adventuring, Hiking dan Mountainering...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terimakasih Ku Untuk Hujan Hari Itu

11 April 2012   04:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:46 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seperti biasanya, aku pulang sekolah bedua bersamanya. Aku antarkan dia sampai ke depan rumahnya. Cuaca hari itu memang sudah terlihat tidak bersahabat. Yaa…benar saja, baru sampai di depan gerbang rumahnya, rintik hujan sudah mulai berjatuhan di atas kepalaku. Aku segera melanjutkan perjalananku untuk pulang ke rumah. Berharap hujan jangan dulu turun dengan deras. Belum sampai kakiku terasa lelah berjalan,hanya kurang lebih 50 langkah ku berjalan hujan lebat pun dengan cepatnya membasahi jalanan. Tak ada cara lain untuk ku berlindung, gapura sebuah pencucian mobil pun aku jadikan tempat berlindung dari derasnya guyuran hujan hari itu.

Hanya dibawah sebuah gapura itulah aku berlindung dari hujan deras itu. Meskipun dikatakan berlindung, tapi tetap saja air hujan itu membasahi baju, celana dan tas ku. Wajar saja hujan sederas itu ditambah pula dengan angin kencang yang menyertainya tak mungkin bila tidak membasahi sekujur tubuhku.

Dengan ditemani rintik air hujan, aku menunggu sampai hujan hari itu benar-benar reda. Waktu terus belalu, namun hujan hari itu tak kunjung mereda.

Aku putuskan saat itu juga untuk meninggalkan gapura itu dan bergegas berjalan menelusuri jalanan yang penuh dengan rintikan air hujan. Namun hatiku seperti tidak memberi izin tuk meninggalkan gapura itu. Hujan memang sudah sedikit reda, tapi entah mengapa hatiku merasakan sesuatu yang seolah mengatakan ”diamlah tetap disitu”. Sungguh perasaan ini sangat terasa jelas menyelimuti hatiku. Yaa..mau bagaimana lagi, aku turuti saja apa kata hatiku ini.

Akhirnya aku tetap menunggu disana sampai hujan reda. Beberapa menit kemudian hujan mulai mereda meskipun rintikan-rintikan kecil masih membasahi jalanan. Untuk kedua kalinya aku putuskan lagi untuk bergegas pulang dan meninggalkan gapura tempat ku berlundung itu. Namun sebelum aku meninggalkan gapura itu, aku didatangi lagi perasaan yang sama, tapi perasaan iniberkata yang beda dari yang sebelumnya. Perasaan ini seperti memaksaku untuk menoleh ke arah kiri. Akhirnya aku menolehkan pandangan ku ke arah kiri.

Diujung pandanganku dalam rintik hujan itu, aku melihat seorang wanita membawa payung ditengah rintikan hujan. Entah mengapa sepertinya hatiku ini telah memberikan jawabannya atas semua perasaan anehku yang ragu untuk meninggalkan gapura itu. Wanita itu semakin mendekatiku sepertinya hendak menghampiriku ditempat aku berada.

Hatiku mulai merasakan hal yang berbeda. Wanita itu…aku sangat mengenalnya, dari cara dia berjalan, dari cara dia menatapku. Tapi aku belum yakin, aku hanya menduga saja. “Apakah wanita itu adalah dia….??” hatiku berkata seperti itu. Tidak…wanita itu bukan dia…bukan…!!!

Belum sempat mataku berkedip, pandanganku terhadap wanita itu semakin jelas. Ternyata semua dugaanku salah besar. Yaa….ternyata wanita itu adalah dia…,benar-benar dia. Aku sangat yakin itu adalah dia. Ditengah rintik hujan seperti itu dia menghampiriku dengan membawakan payung dan sepertinya hendak mengantarku. Yaa…benar sekali dugaanku kali ini, dia sengaja menghampiriku untuk mengantarku sampai ke tempat dimana aku bisa mendapatkan angkutan umum untuk pulang. Dan segera dia mengajakku untuk meninggalkan gapura tempatku berlindung itu. Saat itu pula sepertinya lagu “Beautiful Girl” dari Cristian Bautista jelas terdengar ditelingaku. Entah apa yang ku rasakan saat itu. Indah….yaa sangatlah indah…….

Sungguh sangat terkejut dan tak disangka olehku, dia lagi-lagi membuatku yakin dan lebih yakin kepadanya bahwa dialah anugerah terindah yang pernah ku dapatkan. Aku tak bisa membiarkan dia untuk mengantarku sampai ketempat tujuanku. Bukan aku menolaknya, tapi aku tak sanggup melihatdia ditengah rintik hujan seperti itu. Biarlah hujan itu hanya membasahiku jangan sampai membasahi tubuhnya. Saat itu juga aku memintanya untuk kembali lagi kerumah.

Saat itu aku menatap wajahnya hanya dalam waktu sepersekian menit. Namun sepersekian menit itu adalah sepersekian menit yang teringah dalam hidupku.

Akhirnya dia kembali pulang dan aku pun malanjutkan perjalananku yang terhenti karena hujan itu. Sungguh, saat itu pula aku sadar bahwa aku telah merasakan hal yang paling indah sepanjang hidupku. Hal yang terindah dari dirinya. Siapapun kamu, sungguh kamulah yang terindah dalam hidupku.

Aku berterimakasih kepada hujan saat itu. Karena hujan saat itulah yang mempertemukankudengannya dan mendapatkan hal teridah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun