Mohon tunggu...
Zhafirah Syara Azizah
Zhafirah Syara Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Halo, semoga konten yang saya tulis bermanfaat :)

Selanjutnya

Tutup

Film

Belajar Menghargai Itu Indah: Film Tanda Tanya menjadi Contoh Minoritas

2 Januari 2023   22:58 Diperbarui: 2 Januari 2023   23:09 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film Tanda Tanya (sumber: sinopsis-film-film.blogspot.com)

Dunia film memang sangat unik. Berbagai genre, bentuk, serta makna dari segala film pasti berbeda-beda, terlebih lagi film adalah salah satu cara untuk menyampaikan pesan kepada para penikmatnya. Tidak hanya itu, selain sebagai sumber dari hiburan popular, film juga menjadi media untuk mendidik dan memberikan doktrin kepada masyarakat (Nurhidayah, 2017). Film dapat dinikmati secara audio dan visual sehingga menambah kesan dalam penyampaiannya.

Film dapat mencerminkan kebudayaan suatu bangsa dan memengaruhi kebudayaan itu sendiri. Banyak wawasan serta pengetahuan baru ketika menonton film. Beberapa yang paling mantap ditonton adalah film-film yang berani mengangkat kisah tentang kelompok minoritas dan mayoritas. Kisah tersebut pasti banyak kaitannya dengan kegiatan pada kelompok sosial. Sebagai penonton kita harus tahu dulu perbedaan minoritas dan mayoritas.

Dalam artian sederhana minoritas adalah setiap kelompok kecil dalam wilayah. Status minoritas pada umumnya diberikan kepada kelompok kecil masyarakat yang memiliki perbedaan mencolok jika dibandingkan dengan kelompok-kelompok yang lebih besar (Imaduddin, 2013). Perbedaan tersebut dapat dilihat dari identitas ras, suku, budaya, fisik, ekonomi, kesadaran sosial, pandangan politik, agama, bahasa, dan bahkan orientasi seksual.

Kaum minoritas pada umumnya sulit diterima di masyarakat mayoritas, bisa jadi sampai sulit diterima oleh pemerintah domisili tempat mereka tinggal. Contohnya seperti kasus pembulian kepada anak keturunan Cina sebagai kaum minoritas di tanah pribumi.

Kelompok mayoritas sendiri merupakan kelompok yang memiliki kekuasan lebih besar di daerahnya. Mereka akan mendominasi bahkan bisa sampai menghancurkan kelompok minor. Berdasarkan jumlahnya yang sangat banyak dalam suatu daerah, kaum mayoritas pasti terlihat kuat dan berkuasa. Banyak hal lain yang menggambarkan kelompok ini dengan pandangan negatif karena kekuasaannya.

Namun, tidak semua kelompok mayoritas dinilai negatif. Kelompok mayoritas dan minoritas pasti memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Dalam perjalannya, kaum minoritas seperti kaum yang tertindas, terasingkan, terdiskriminasi, dan sebagainya. Akan tetapi, kita tidak bisa melihat hal tersebut hanya dari satu sisi saja. Banyak juga cerita kaum mayoritas yang menghargai, menghormati, dan saling tolong menolong kepada kaum minoritas. Bahkan sebaliknya, kaum minoritas yang tentu harus menghormati kelompok mayor di daerah tersebut.

Belajar dari film keluaran tahun 2011 yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan diperankan oleh beberapa aktor ternama, film berjudul Tanda Tanya sukses mencuri perhatian penonton dengan segala konflik dan makna yang ada di film tersebut. Penggambaran tentang minoritas dan mayoritas dalam film ini memberikan pelajaran berharga bagi penonton.

Seperti judulnya yaitu Tanda Tanya, film ini berkisah tentang pluralisme yang selalu menjadi pertanyaan bagi masyarakat Indonesia dengan berbagai keragaman dan perbedaan masyarakatnya. Dari film ini timbul pertanyaan-pertanyaan seperti, 'Apakah bisa kita menyatu di tengah perbedaan yang tercipta?' dan 'Masi pentingkah kita berbeda?'. Berlatar belakang di Pasar Baru Kota Semarang tahun 2010, film ini hadir untuk menjadi gambaran keseharian mayoritas dan minoritas layaknya yang terjadi di lingkungan masyarakat Indonesia. Bahkan terdapat konflik sosial yang terjadi di dalamnnya.

Tanda Tanya  menceritakan penggambaran tiga keluarga dengan konflik yang berbeda seperti masalah latar belakang, etnis, dan agama. Namun, ketiga keluarga tersebut mampu hidup berdampingan serta dikelilingi dengan masjid, gereja, dan klenteng. Dalam film ini juga digambarkan beberapa perayaan hari besar dari masing-masing agama.

Tan Kat Sun merupakan salah satu kepala keluarga di film ini. Ia serta anaknya yang bernama Ping Hen beragama Buddha dan keturunan Cina. Mereka memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Ayah dari Ping Hen ini memiliki rasa toleransi dan kesadaran yang tinggi. Usaha restoran masakan Cina yang iya kelola sudah menunjukkan kepribadiannya, dengan menjual makanan halal dan non-halal yang dipisah tempat masaknya. Namun, tidak sedikit orang yang tidak yakin akan kehalalan masakan untuk masyarakat muslim. Tan Kat Sun juga memperlakukan karyawannya yang muslim dengan sangat baik dan penuh rasa hormat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun