Mohon tunggu...
Zhafar Indra Santika
Zhafar Indra Santika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Silver Medalist AISEEF 2022, yang ingin berdedikasi bagi kesehatan nasional

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat 2020 Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik yang memiliki ketertarikan di bidang riset, epidemiologi, dan patologi, yang juga bergabung dengan UKM Paduan Suara Mahasiswa untuk menunjang bakat di bidang vokal.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemberdayaan Kader Posyandu oleh Mahasiswa FKM Undip pada Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka

20 Desember 2022   15:32 Diperbarui: 20 Desember 2022   15:34 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Stunting masih menjadi salah satu masalah kesehatan gizi yang penting bagi Indonesia bersama dengan permasalahan gizi lain seperti obesitas (gizi lebih) dan wasting (gizi kurang). Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting Balita Indonesia mencapai 24,4% pada 2021. Artinya, hampir 1 dari 4 balita mengalami stunting dan berada pada kategori sedang berdasarkan standard WHO. Stunting dapat ditandai dengan pertumbuhan anak yang terlalu pendek dibandingkan dengan anak lain seusianya. Kondisi pertumbuhan yang terganggu dapat menyebabkan berbagai masalah baru di masa yang akan datang, seperti perkembangan kecerdasan yang terhambat, risiko penyakit degeneratif yang tinggi, hingga kebutuhan berobat tinggi yang berujung kepada kemiskinan.  

Salah satu daerah dengan prevalensi stunting tinggi di Indonesia yaitu Kota Semarang. Berdasarkan informasi dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Yuli Kurniasih, pada Agustus 2022, terdapat sekitar 1.465 atau 1,53% dari total balita di Kota Semarang yang mengalami stunting. Penyebab utama stunting di Kota Semarang yaitu asupan gizi yang kurang dan pola asuh yang tidak tepat pada balita. Oleh karena itu, berbagai upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk menekan angka stunting antara lain program pendampingan stunting dan keluarga berisiko stunting hingga memaksimalkan kelas ibu hamil dan kelas balita.

Faktor utama yang menyebabkan stunting pada anak yaitu kurangnya kecukupuan gizi pada masa bayi maupun balita dan pola asuh yang buruk. Kedua faktor tersebut sejatinya dapat ditanggulangi dengan program posyandu di masyarakat, tetapi karena keterbatasan pengetahuan dan media, kasus stunting masih dapat ditemukan dengan jumlah yang cukup tinggi. Oleh karena itu, Fakultas Kesehatan Masyarakat melaksanakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka dari Kemendikbud dengan tema "Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi dan Balita untuk Percepatan Penurunan Stunting di Kota Semarang" yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Semarang. Melalui program tersebut, sejumlah mahasiswa FKM Undip diturunkan di berbagai wilayah kerja puskesmas di Kecamatan Tembalang, salah satunya Puskesmas Pudakpayung. Berbagai kegiatan yang dilakukan selama program MBKM tersebut yaitu, pemantauan antropometri di seluruh posyandu di bawah wilayah kerja Puskesmas Pudakpayung, serta pencatatan kartu penimbangan dan penyuluhan kepada ibu hamil/balita serta kader posyandu. Selain program yang berkaitan dengan stunting, Mahasiswa FKM Undip juga ikut andil dalam berbagai program kesehatan lain, seperti Pemberantasan Jentik Nyamuk (PJN) di Kelurahan Pudakpayung dan Gedawang, serta Pemasangan Ovitrap dan Survei Vektor di Kelurahan Pudakpayung dan Gedawang. 

Posyandu merupakan ujung tombak pemantauan pertumbuhan balita yang dilaksanakan oleh masyarakat melalui kader kesehatan yang tersebar di semua wilayah satuan posyandu. Untuk meningkatkan pengetahuan kader kesehatan, Mahasiswa FKM Undip melaksanakan Program Pemberdayaan Kader Posyandu mengenai Pengetahuan Gizi Dasar untuk memberikan informasi terkait gizi secara umum yang nantinya diharapkan dapat disalurkan pada kegiatan posyandu nya masing-masing. Edukasi dilakukan dengan pemberian materi melalui presentasi dengan media powerpoint, seputar gizi seimbang, pengukuran antropometri yang benar, tips kesehatan dan gizi pada bayi dan balita,  yang dilanjutkan dengan praktik pengukuran antropometri di secara langsung. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Aula Puskesmas Pudakpayung pada tanggal 17 Desember 2022.  Audiens yang berjumlah 23 orang, yang merupakan kader kesehatan dari masing-masing posyandu di Kelurahan Pudakpayung dan Gedawang mengikuti kegiatan dengan antusias tinggi, dibuktikan dengan keaktifan bertanya dan keaktifan menanggapi penyampaian materi dari Mahasiswa FKM Undip.  

Program Pemberdayaan Kader Posyandu mengenai Pengetahuan Gizi Dasar dapat menjadi sumber informasi terkait gizi secara umum, terutama gizi ibu dan anak yang dapat disalurkan pada ibu balita saat kegiatan posyandu. Program ini juga menjadi bukti kepedulian mahasiswa FKM Undip terhadap permasalahan kesehatan di Kota Semarang. Diharapkan program dengan tujuan serupa dapat dilaksanakan untuk membantu percepatan penurunan angka stunting di Kota Semarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun