Mohon tunggu...
zhaera nurfadilla
zhaera nurfadilla Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - mahasiswa

saya adalah seorang mahasiswa semester 1 prodi keperawatan poltekkes kemenkes semarang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kebutuhan Air pada Anak

11 November 2024   14:13 Diperbarui: 11 November 2024   14:15 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Air adalah elemen penting dalam kehidupan yang seringkali terlupakan. Anak-anak yang bersekolah atau beraktivitas di luar rumah selama beberapa jam cenderung kekurangan asupan cairan. Padahal, tubuh anak memiliki persentase air yang lebih tinggi dibandingkan orang dewasa, karena tubuh anak memiliki permukaan yang lebih luas dan kandungan lemak yang lebih sedikit.

Pada tahun pertama kehidupan, sekitar 65-80% berat badan bayi terdiri dari air, dan persentase ini akan berkurang seiring bertambahnya usia, menjadi 55-60% pada masa remaja. Cairan tubuh sangat penting untuk berbagai fungsi, seperti metabolisme, pencernaan, fungsi sel, pengaturan suhu, reaksi biokimia, pelumasan, dan keseimbangan elektrolit. Cairan tubuh normalnya keluar melalui urin, feses, keringat, dan pernapasan dalam jumlah tertentu.

Status hidrasi yang baik sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Kebutuhan cairan anak bervariasi berdasarkan usia, jenis kelamin, serta komposisi tubuh. Bayi usia 0-6 bulan membutuhkan sekitar 700 mL cairan per hari, bayi 7-12 bulan membutuhkan 800 mL, anak usia 1-3 tahun membutuhkan 1300 mL, anak 4-8 tahun membutuhkan 1700 mL, anak laki-laki usia 9-13 tahun membutuhkan 2400 mL, dan anak perempuan membutuhkan 2100 mL per hari. Pada usia 14-18 tahun, laki-laki membutuhkan 3300 mL, sementara perempuan membutuhkan 2300 mL cairan per hari. Cairan ini bisa berasal dari makanan maupun minuman, seperti air putih, susu, atau jus.

Beberapa kondisi memerlukan anak untuk mengonsumsi lebih banyak cairan, misalnya saat berolahraga, cuaca ekstrem, atau saat bepergian jauh. Dalam kondisi seperti itu, penting memastikan anak memiliki akses yang cukup untuk minum. Anak-anak lebih rentan mengalami dehidrasi dibandingkan orang dewasa karena mereka memiliki rasa haus yang lebih rendah dan kurang mampu mengungkapkan rasa haus mereka.

Kekurangan cairan dapat menyebabkan dehidrasi dengan gejala yang bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. Gejala dehidrasi pada anak meliputi rasa haus, urin yang berkurang dan berwarna pekat, mata cekung, tidak ada air mata saat menangis, kulit yang kurang elastis, dan penurunan kesadaran. Bayi yang tidak bisa menyampaikan keluhan biasanya menjadi rewel dan haus. Jika dibiarkan, bayi bisa menjadi lemas dan tidak responsif. Dehidrasi berat yang tidak segera ditangani dapat berlanjut menjadi syok dan mengancam nyawa.

Rekomendasi untuk Orang Tua:

1. Pastikan anak mendapat cairan yang cukup sesuai dengan kebutuhannya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

2. Selama berolahraga, dalam cuaca panas atau dingin, serta saat bepergian jauh, pastikan anak mengonsumsi cairan lebih banyak dari kebutuhan normal.

3.Pada saat sahur dan buka puasa, pastikan anak mengonsumsi air lebih banyak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun