Mohon tunggu...
Marhento
Marhento Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang yang ingin berbagi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hutang Manusia Sejak Lahir

8 Januari 2025   06:30 Diperbarui: 7 Januari 2025   10:18 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Koleksi Pribadi 

Pertama sekali saya memahami hal ini setelah saya belajar di Anand Ashram pada seorang Guru, Anand Krishna. Saya pikir, mungkin juga yang terpikirkan plea teman lainnya adalah hutang negara yang sekian ribu triliun dibagi setiap bayi yang lahir; sama sekali beda. Karena dengan memahami hutang setiap orang, bukan hanya orang Indonesia, kita jadi memahami bagaimana hidup yang tepat.

Dari buku Life Workbook by Anand Krishna disebutkan bahwa setiap orang memiliki hutang sejak lahir ke dunia. Ada 3 (tiga) hutang pokok : 

  • Deva Rina : Hutang manusia terhadap dewa. Yang dimaksudkan denga dewa di sini adalah kekuatan-kekuatan alam. Air, angin, bumi, api, dan ruang,
  • Pita Rina : Orangtua serta lingkungan/keluarga,
  • Rshi Rina : Hutang terhadap para bijak.

Deva Rina : Setiap manusia bisa hidup karena adanya air, udara, bumi, api dan ruang. Sejak lahir kita butuh konsumsi alr sampai tubuh ini dikuburkan ke dalam tanah. Dengan memahami bahwa air ini memang kita butuhkan, adalah menjadi kewajiban kita untuk menggunakan air sehemat dan seefektif mungkin demi orang lain. Janganlah kita memboroskan air. Sangat mudah dilakukan, matikan keran air setelah menggunakan. Dengan demikian kita akan selalu hidup dengan sadar. Ingatlah selalu bahwa dengan hidup irit air, kita melayani air. 

Selain itu, dengan mengurangi konsumsi daging, sesungguhnya kita juga membantu hemat air. Karena menurut penelitian setiap ons daging yang dikonsumsi membutuhkan air dennen jumlah sangat banyak. Tentu menghitungnya dilakukan begitu hewan tersebut disembelih. Misalnya, untuk mencuci atau membersihkan kulit sapi/kambing sampai saat mau dikonsumsi.  Apabila saya tidak keliru, untuk satu ons daging dibutuhkan sekian meter kubik air. Dengan demikian, bila kita tilak konsumsi daging, tanpa disadari menghemat air.

Udara atau angin. Kita bisa hidup dengan menghirup oksigen/O2. Tumbuhan akan melakukan dour ulang dengan cara konsumsi CO2/karbon dioksida, kemudian melepaskan oksigen. Jadi semakin banyak kita menanam pohon, jumlah oksigen juga di udara bebas semakin. Dengan kata lain, kita denga pohon hidup saling ketergantungan. Belum lagi akar pohon-pohon juga bisa menahan longsor. Bencana banjir bandang bisa terhindarkan. Jangan lupa juga bahwa pikiran kita yang buruk pun bisa bervibrasi buruk terhadap sekitar. Oleh sebab itu, berpikirlah yang baik/mulia bila kita ingin melayani atau membayar hutang terhadap alam.

Bumi, kita hidup dari tanaman yang ditanam di bumi. Oleh sebab itu sudah semestinya kita juga menghormati bumi. Ini sebabnya leluhur kita memberikaz istilah IBU PERTIWI. Bumi bagaikan seorang ibu yang memberikan kita kehidupan.

Pita Rina : Pita  berarti orangtua. Kita lahir dari orangtua/ibu kita. Daam salah satu kepercayaan kita juga disebutkan menghargai/mencintai seorang ibu lebiuh utama daripada ayah, namun juga bukan berarti kita bersikap kurang ajar terhadap ayah. Demikian juga orang lain di sekitar kita memberikaz pengetahuan. Hal ini membuat kita jadi lebih pintar. Dengan melayani sesama, kita membayar hutang. Inilah cara hidup berdampingan denga saling menghargai.

Rsi Rina : Hutang kata atau nasihat bijak; yang bermanfaat bagi kita dari para orang bijak. Tidak satu orang pun dari kita bisa hidup dengan baik hanya dari buku. Mengapa? Karena dari orang tersebut kita bisa belajar agar bisa mendapatkan manfaat dari baca buku. Mungkinkah kita tahu dengan sendirinya? Jelas tidak mungkin. 

Bila kita mau hidup dengan baik serta jadi sehat, layanilah alam. Janganlah beraanggapan bahwa kita bisa menyelamatkan bumi. Yang bisa kita lakukan adalah melayani lingkungan demi kebaikan diri sendiri.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun