Mohon tunggu...
Marhento
Marhento Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang yang ingin berbagi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Benarkah Kita Hidup di Lahan Sendiri?

21 Desember 2024   06:30 Diperbarui: 20 Desember 2024   06:56 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : www.booksindonesia.com

Yang saya maksudkan dengan hidup di lahan sendiri bukanlah pengertian secara fisik. Pengertian Hidup yang saya maksudkan adalah pola hidup, cara berpikir serta memberikan pendapat dan lain-lain yang berkaitan dengan kegiatan keseharian.

Pembahasan ini terpicu oleh QUOTE dari buku Mahamaya karya Bapak Anand Krishna sebagai berikut :

Janganlah Membangun Kehidupan di Atas Lahan Yang Bukan Milikmu

Memang betul saat membaca pertama sekali, saya pikir kehidupan kita secara fisik. Namun seteleh merenungkan lebih dalam ternyata baru saya memahami bahwa ada benarnya bahwa selama ini sesungguhnya saya belum hidup di lahan sendiri. Mengapa?

Sejak kecil sampai dewasa, bahkan sampai saya belum mengenal Guru Anand Krishna, saya baru sadar bahwa kondisi lingkungan telah membentuk saya. Misalnya saja tentang pendidikan. dari kecil lingkungan masyarakat menanamkan bahwa tujuan oendidikan adalah untuk mendapatkan uang agar hidup dengan nyaman. Karena memang kondisi seperti ini yang dikenal oleh masyarakat umum. 

Setelah skein tahun saya melakukan meditasi serta berlatih di bawah bimbingan beliau, saya baru sadar bahwa tujuan utama pendidikan adalah untuk mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan. Karena memang hal ini berkaitan erat dengan tujuan utama kelahiran manusia, yaitu untuk kembali menyatu dengan Hyang Maha ada.

Bila hidup kita semata untuk harta benda, berarti kita belumlah mengenal kesejatian Diri. Kita masih menjadi budak indrawi atau nafsu kita. Dengan kata lain, kita masih daam kesadaran fisik. Adalah sifat alami fisik manusia mengenjar kenyamanan indrawi alias memuaskan nafsu. Bukankah ini bertentangan dengan tujuan utama semua agama? Mengenal Kesejatian Diri.

Yang saya sampaikan di atas adalah pemahaman pribadi saya. Bila memang ada yang memang pemahaman tujuan pendidikan untuk mengejar kekayaan, itu juga kebebasan Anda. Setiap orang unik adanya, inilah kebhinekaan atau keragaman. Tidak satu pun manusia yang sama cara pandangnya, karena kita bukanlah robot atau buatan manusia atau pabrik. Keinginan yang melandasi tindakan manusia untuk menyeragamkan cara atau pola hidup merripakan tindakan yang bertentangan dengan sifat alam. Bila tidak percaya, silakan temukan bentuk daun yang sama pada satu pohon.

Kembali tentang KEHIDUPAN..........

Kondisioning yang membentuk kita oleh masyarakat membuat klehidupan kita semakin manjauh dari tujuan kelahiran manusia, kembali ke Sang Maha Sumber. Hanya saat kita hidup saat inilah, kita bisa mengubah pola pikir yang belum tepat sehingga kita menjadi robot yang dikendalikan oleh lingkungan. Dengan kata lain, sesungguhnya kita telah menyerahkan remote controle kendali cara hidup di bawah bayang-bayang kepalsuan. Kita belum mengenal adanya sifat Keilahian daam diri kita.

Fisik kita bisa mati serta didaur slang oleh bumi saat kematian tiba, tetapi pikiran kita akan tetap ada. Dan ternyata pikiran serta perasaan yang ada pada diri kita merupakan ROH. ROH ini masih bersifat materi juga, materi yang lebih lembut dari fisik. Karena ROH ini juga bukanlah percikan Hyang Maha Suci.

Mohon maaf bila saya membuat pembaca bingung. Memang dibutuhkan pendalaman yang tidak singkat untuk bisa menerima uraian saya. Oleh karena itu, hanya orang yang bisa menerima perbedaanlah bisa memahami tulisan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun