Banyak orang salah paham bahwa mereka yang disebut penyembah dewa dianggap memiliki banyak Tuhan. Padahal sesungguhnya mereka sangat yakin bahwa yang disebut Tuhan atau sebutan mereka Brahman, hanyalah satu. Sedangkan dewa yang mereka hargai, bukan disembah, hanyalah simbol kebijakan dri bentuk yang diwakilinya atau dirupakan.
Mungkin sebagai gambaran yang memudahkan adalah simbol Ganesha pada perguruan tertua di Bandung, Institut Teknologi Bandung (ITB). Ganesha melambang kekuatan serta kebijakan. Jadi yang menjadikan Ganesha sebagai lambang dimaksudkan agar alumninya memiliki kebijakan sebagai gajah.Â
Gajah memiliki sifat welas asih, walaupun memiliki kekuatan besar tetapi sangat bijak dalam segala tindakan. Kekuatan diwakili oleh kepintaran atau kecerdasan. Gunakanlah kepintaran ilmu pada jalan yang benar serta bermanfaat bagi masyarakat. Inilah makna yang dilambang oleh Ganesha bagi ITB, silakan baca tautan ini.
Demikian pula mereka yang dianggap penyembah patung sesungguhnya sebagai peng ingat bahwa segala kekuatan yang diwujudkan pada lambang patung dewa sebagai upaya agar kekuatan serta kebijakan tersebut dibangkitkan pada dirinya.Â
Dengan kata lain, mereka berupaya INVOKINGÂ atau membangkitkan yang menjadi idolanya. Keadaan pikiran atau keinginan agar segala tindakannya sebagaimana sifat yang diidolakan. Jadi sama sekali mereka tidak meminta ini dan itu.Â
Bagi mereka, dewa yang dipuja adalah kekuatan alam, misalnya dewa Indra mewakili kekuatan alam seperti hujan, dewa Surya melambangkan kekuatan matahari yang memberikan kehidupan atau energi bagi keberlangsungan kehidupan di muka bumi. Demikian juga dewa air yang disebut Varuna, da lainnya.
Para leluhur nusantara amat sangat mengerti bahwa kita semua berada daam Tuhan atau disebut Brahman yang maha tidak terjelaskan, inilah kemahatunggalan, sedangkan Hyang Maha Tunggal kemudian memanivestasikan berupa berbagai wujud sebagai kekuatan alam.Â
Namun demikian, bila ada yang kemudian menganggap sebagai yang disembahnya dengan makna yang lain, bukan hal yang aneh juga, karena ini juga berasal dari kekuatan pikirannya sendiri. Ingatlah bahwa dalam diri setiap manusia memiliki potensi kekuatan yang besar.
 Dengan demikian, mereka yang sangat kuat pikirannya bisa memiliki kesaktian atau kedigdayaan. Sebagai contoh, di daratan China juga ada manusia yang kebal. Di Jawa atau bagian lain dari Nusantara juga manusia memiliki kesaktian, ini karena mereka melakukan tapa atau disiplin sangat ketat dengan tujuan memanifesasikan kekuatannya dalam bentuk fisik.Â
Sayangnya, mereka yang menyembah dewa demi mencapai kesaktian atau kekayaan mempunyai cara pandang yang kurant tepat. Ini disebabkan karena pada ujungnya kekayaan atau kesaktian yang dimilikinya digunakan untuk memanjakan ego.Â