Banyak orang yang berniat untuk  memulai usaha yang prosesnya maju-mundur dicekam berbagai kekhawatiran. Khawatir tidak bisa stabil, khawatir tiap hari berpikir mencari sumber pendapatan, khawatir jika seandainya diawal saja menjanjikan, namun seiring waktu ternyata tidak dapat memenuhi harapan.
Begitu juga saat usaha sudah mulai berjalan. Ingin menambah sumber daya manusia namun khawatir jika pendapatan yang didapat tidak bisa menutup seluruh kebutuhan gaji dan operasional bulanan.
Padahal, wirausaha dapat dimulai dengan pemikiran sederhana, yaitu menutup kebutuhan paling essensial. Jika menjadi wirausahawan freelancer atau wirausaha sendiri, maka kebutuhannya adalah mendapatkan penghasilan minimal setara dengan penghasilan saat masih bekerja. Misalnya kebutuhan bulanan adalah lima juta rupiah per bulan, maka target dan rencana awal diarahkan untuk :
- Bagaimana mendapatkan lima juta rupiah untuk kebutuhan bulan iniÂ
- Bagaimana agar dapat lebih dari lima juta rupiah agar memiliki cadangan untuk bulan depan dan bulan berikutnyaÂ
Jika seandainya  bulan ini saya mendapatkan penghasilan tujuh juta rupiah, itu artinya saya memiliki tabungan dua juta rupiah untuk cadangan di bulan depan. Jika bulan depan saya mendapatkan penghasilan enam juta rupiah, berarti saya memiliki cadangan sebesar tiga juta rupiah, terdiri dari dua juta di bulan pertama dan satu juta di bulan kedua.Â
Meski sudah mendapatkan cadangan, bukan berarti saya menurunkan target. Saya tetap menentukan target sebesar lima juta rupiah, nanti cadangan yang ada dimasukkan sebagai dana emergency.
Hal diatas kelihatannya sepele dan seharusnya kita bisa paham dengan sendirinya, namun dalam banyak hal, banyak yang batal wirausaha karena mengabaikan hal sederhana diatas. Banyak juga yang bermasalah ditengah jalan karena tidak memikirkan hal diatas.
Model pemikiran seperti ini sebenarnya sangat minimalis, karena asumsinya tidak ada modal sama sekali dan pendapatan hanya mengandalkan keahlian dan kemampuan yang dimiliki.Â
Akan lebih mudah sebenarnya, jika seandainya sudah ada modal, misalnya lima belas juta rupiah. Dengan modal seperti itu, ada cadangan biaya hidup selama tiga bulan selagi masih dalam proses awal usaha dan mendapatkan penghasilan yang stabil. Jauh lebih baik lagi jika cadangannya bukan untuk sebulan dua bulan melainkan untuk jangka satu sampai dua tahun kedepan.
Sebagai analogi, akan butuh waktu lama untuk panen seandainya kita menanam pohon keras seperti jati atau tanaman buah. Sama halnya jika mendapatkan project besar dengan kemungkinan pendapatan besar, butuh waktu cukup lama untuk penyelesaian pekerjaan itu, apalagi jika ada delay dalam penyelesaian maupun proses administrasinya.Â
Seandainya usaha yang dilakukan adalah membuat produk atau layanan tertentu, akan butuh waktu sampai produk atau layanan itu bisa menghasilkan (atau malah terbukti gagal).Â