Kesesuaian Al-Quran dengan Sains
Kesesuaian Al-Quran dan sains modern dibuktikan oleh Maurice Bucaille melalui banyak penelitiannya yang berkaitan dengan ayat-ayat yang dibahas. Seperti salah satu penelitiannya tentang unsur-unsur penciptaan Bumi, pembentukan kosmos dan kesudahannya dengan penyusunan alam, seperti yang disebutkan dalam Q. S Al-Anbiya 21:30 yang artinya (Serpin, 2016):
"Dan apakah orang-oranng yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langut dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya, dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. maka mengapakah mereka tiada juga beriman."
Menurut Maurice Bucaille ayat di atas menyebutkan tentang proses pemisahan(fatq) dari satu kumpulan primer yang unik yang pada mulanya terdiri dari unsur-unsur terpadu (ratq) artinya memisahkan perpaduan beberapa unsur untuk dijadikan suatu kumpulan homogeny. pemisahan ini digambarkan dengan sangat dahsyat, maka butir-butir alam semesta itu masih terus saja bergerak keluar sekalipun antar materi itu bekerja gaya gravitasi. pada dasarnya bahwa alam semesta ini berkembang, karena kekosongan akibat proses pembangunan materi alam semesta, maka dengan terus terjadinya penciptaan materi yang dibarengi ledakan, maka ruang kosong itu akan terisi dengan materi baru.
Maurice Bucaille memberi kesimpulan pada akhir penafsirannya tentang reproduksi, siklus air, dan penciptaan bumi bahwasanya semua pernyataan-pernyataan Al-Quran harus dibandingkan dengan hasil-hasil sains modern agar persesuaian di antara kedaunya sangat jelas. seseorang tidak dapat menafsirkan Al-Quran seperti yang dilakukannya seperti hasil sains modern memberikan bukti-bukti penelitian (Serpin, 2016).
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
- I'jazisme ilmu berbeda dengan i'jaz ilmi. Jika i'jaz ilmi merupakan mukjizat Al-Quran dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, maka i'jazisme ilmi merupakan pandangan Maurice Bucaille mengenai kemukjizatan Al-Quran dari sudut temuan sains modern.
- Mukjizat hanya terjadi pada kondisi tertentu dan hanya terjadi pada seorang nabi. Sedangkan kejadian yang luar biasa namun bukan terjadi pada nabi, maka tidak dapat disebut sebagai mukjizat. Apabila kejadian yang luar biasa itu terjadi pada seseorang yang akan menjadi nabi maka disebut irha. Apabila terjadi pada seorang mukmin yang taat pada Allah maka disebut sebagai karamah dan apabila terjadi pada orang yang ingkar sunah maka disebut sebagai ihanah atau istiradj.
- Bucaille melakukan penafsirannya dengan cara menentukan tema besar, sub dari tema yang terkait dengan ilmu pengetahuan yang mana tema tersebut berasal dari Al-Quran. Setelah itu, Bucaille menganalisis ayat yang relevan dengan menggunakan pendekatan semantik atau makna literal ayat terlebih dahulu, kemudian dikaitkan dengan ilmu pengetahuan yang diketahuinya.
Referensi
Ahmad, Yusuf Al-Hajj. 2016. Mukjizat Al-Qur'an yang Tak Terbantahkan. Solo: Aqwam.
Anwar, Rosihan. 2012. Pengantar Ulumul Qur'an. Bandung: Pustaka Setia. Â
Mutmainnah. 2016. "Pendekatan Saintifik Maurice Bucaille".Â