Mohon tunggu...
zevin novaldi
zevin novaldi Mohon Tunggu... -

baca buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

PSK Impor dari Maroko di Puncak

5 Desember 2014   06:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:00 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1417709765790906565

[caption id="attachment_357871" align="aligncenter" width="670" caption="PSK Dari Maroko Jajakan Diri di Puncak (www.merdeka.com)"][/caption]

Hari ini salah satu berita yang menarik perhatian saya adalah soal belasan pekerja seks komerisal (PSK) asal Maroko yang terjaring petugas Imigrasi di Kawasan Puncak. Sekitar 19 orang wanita-wanita tuna susila impor dari Maroko itu diciduk di Villa-villa tempat mereka biasa mangkal. (lihat disini). Disinyalir yang lain masih beredar di kawasan puncak karena pada saat penggerebekan banyak yang kabur.

Pramunikmat asal Maroko itu tak sembarangan menjajakan diri. Mereka tak mau melayani pria lokal, hanya mau dengan orang-orang Timur Tengah (arab). Tarif mereka pun mahal banget. Untuk satu jam pelayanan di ranjang bisa sampai 5 juta rupiah. Rupanya, mereka memang sengaja didatangkan dari sana untuk memenuhi kebutuhan pelancong Arab yang banyak beredar di Puncak.

Puncak memang sudah lama dikenal sebagai pusat melepas syahwat turis-turis arab. Wilayah yang masuk Kabupaten Bogor itu semakin dikenal karena kontroversi 'kawin kontrak' antara para pelancong arab itu dengan gadis lokal. Si wanita cuma menjadi istri sementara selama para pelancong itu ada di Indonesia. Setelah itu ya, selesai sudah. Menurut saya sama saja sih dengan prostitusi terselubung.

Saya pernah main ke kawasan Puncak.  Sekarang memang banyak tenpat seperti kafe, resto dan minimarket yang kental dengan nuansa Timur Tengah. Di beberapa itik disepanjang jalan puncak-cianjur bahkan sudah seperti 'Arabian Town'. Tampang-tampang Arab pun begitu mudah ditemukan di Puncak.

Nah, rupanya, kini mereka mungkin sudah jenuh dengan orang lokal. Oleh karena itu, penyedia mulai mengimpor dari wilayah yang memiliki kemiripan fisik dan kedekatan. Gadis-gadis Maroko lah yang didatangkan. Negeri itu memang kurang maju dan peluang bisnis menggiurkan memikat gadis-gadis maroko itu datang ke Indonesia.

Perempuan dari daratan 'maghribi' itu datang ke Indonesia berbekal visa turis. Namun, bukannya berlibur. Mereka disini 'bekerja' menjadi kupu-kupu malam.

Wah, miris yah. Ternyata negeri kita sudah menjadi destinasi bagi PSK impor. Tak hanya kedelai, gandum, minyak, garam, daging dan lain-lainya, PSK pun impor. PSK lokal pun makin tersisih. Oh ya, mereka berarti juga menjadi saingan Usbek yang lebih dulu masuk dan terkenal di Indonesia.

Salam Indonesia...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun