Mohon tunggu...
Zetty Azizatun Nimah
Zetty Azizatun Nimah Mohon Tunggu... Guru - Guru Madrasah_Guru ngaji_Dosen_Instruktur

Hobi membaca dan menulis, travelling, mengajar, bercerita, melakukan sesuatu yang baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengukir Sejarah Salat pada Memori Anak Melalui Peringatan Isra' dan Mi'raj

27 Januari 2025   13:34 Diperbarui: 27 Januari 2025   13:34 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peringatan Isra' dan Mi'raj 1446 H PP.Ulul Albab Kota Kediri (Dok. probadi)

Mengukir Sejarah Salat pada Memori Anak Melalui Peringatan Isra' dan Mi'raj

Peringatan Isra' dan Mi'raj Rasulullah saw. merupakan salah satu Peringatan Hari Besar Islam yang selalu diperingati di semua lembaga formal maupun informal, organisasi masyarakat, atau bahkan di kampung-kampung. Menjadi tradisi yang tidak boleh dilewatkan karena momen penting untuk mengingat perjalanan spiritual metafisika Rasulullah saw. dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Peristiwa yang merupakan mu'jizat Rasulullah saw. yang di luar logika, sehingga menguji keimanan para sahabat untuk tetap mengimani Rasulullah.

Kisah perjalanan Isra' dan Mi'raj harus terus digaungkan agar terukir di hati Masyarakat, terutama pengenalan kepada anak-anak. Agar kisah sampai ke anak-anak harus disampaikan dengan bahasa anak yang komunikatif, cerita yang didengar asyik tidak membosankan, antusias dengan kisah yang disampaikan. Para penceramah harus bisa menyampaikan dengan cara yang tidak membosankan, diselingi dengan permainan, nyanyian, agar pesan yang disampaikan diingat dalam memori.

Yang perlu disampaikan adalah kata kunci Isra', sebagai bentuk perjalanan Rasulullah saw. Dari Masjidil Haram di Makkah Al Mukarramah ke Masjid Al aqsa di Yarusalem Palestina. Seblum menyampaikan peristiwa ini, perlu menyampaikan bagaimana kondisi Rasulullah yang dalam keadaan bersedih ditinggal wafat dua orang tercinta yaitu pamannya Abu Talib dan istri tercintanya Khadijah. Tahun kesedihan atau amul Huzni inilah yang melatari peristiwa Isra' dan Mi'raj sebagai bentuk kecintaan Allah Swt. kepada kekasih-Nya dalam menghibur dari kesedihan yang menimpa Rasulullah.

Mi'raj adalah perjalan Rasulullah dari masjidil Aqsa di Yarusalem menuju ke Sidratul Muntaha. Sidratul Muntaha sering dijelaskan sebagai pohon yang terletak di ujung langit yang tertinggi, yang menjadi batas antara alam dunia dan alam yang lebih tinggi, tempat di mana wahyu Allah disampaikan langsung kepada Rasulullah saw. Di sini, Rasulullah saw. bertemu dengan Allah Swt., meskipun tidak ada makhluk yang bisa melihat Allah dalam pengertian fisik.

Secara simbolis, Sidratul Muntaha menggambarkan tempat tertinggi yang hanya dapat dicapai oleh Rasulullah, dan menjadi titik pertemuan antara dunia yang terbatas dengan alam ketuhanan yang tak terhingga. Dari tempat ini, Rasulullah saw. menerima perintah untuk salat sebanyak 50 kali waktu dalam sehari semalam sebagai kewajiban umat Islam. Sekembalinya dari Sidratul Muntaha Rasulullah bertemu dengan Nabi Musa as., terjadilah dialog yang membahas tawar-menawar kewajiban jumlah waktu salat yang baru diterima Rasulullah.

Berikut adalah inti dari dialog tawar-menawar tersebut:

  1. Nabi Musa as. bertanya: "Apa yang diperintahkan Allah kepadamu?"

Nabi Muhammad saw. menjawab: "Aku diperintahkan untuk salat 50 kali sehari semalam."

  1. Nabi Musa as. kemudian berkata: "Umatmu tidak akan mampu melaksanakan salat sebanyak itu. Cobalah kembali kepada Allah dan mohon agar diperlonggar."
  2. Nabi Muhammad saw. pun kembali kepada Allah dan memohon agar salat dikurangi. Allah mengurangi kewajiban salat menjadi 45 kali. Nabi Muhammad saw. kembali menemui Nabi Musa as. dan menceritakan hal tersebut.
  3. Nabi Musa as. kembali memberi nasihat: "Umatmu masih tidak akan mampu. Kembalilah dan mohon lagi kepada Allah agar dikurangi."
  4. Nabi Muhammad saw. kembali memohon kepada Allah, dan kewajiban salat dikurangi lagi, kali ini menjadi 40 kali. Namun, Nabi Musa as masih menyarankan agar beliau kembali meminta pengurangan.

Proses ini berulang, dengan setiap kali salat dikurangi, Nabi Musa as. tetap menyarankan agar Nabi Muhammad saw. meminta pengurangan lebih lanjut. Hingga akhirnya, kewajiban salat tersebut dikurangi menjadi 5 kali sehari semalam.

  1. Ketika sampai pada 5 kali salat: Nabi Muhammad saw. merasa ragu untuk kembali meminta pengurangan, dan beliau menyadari bahwa ini adalah perintah Allah yang sudah sangat ringan dibandingkan dengan yang semula. Nabi Musa as. pun akhirnya mengalah dan berkata, "Umatmu akan mampu melakukan 5 kali salat, dan Allah akan memberikan pahala seperti 50 kali salat bagi mereka."

Dialog tawar menawar antara Rasulullah saw. dengan Nabi Musa as. bukan bentuk provokasi untuk menentang perintah Allah, tetapi wujud perhatian dan kasih sayang Nabi Musa. as. Kepada umat Rasulullah saw. dengan alasan logis karena beratnya melakukan ibadah kuantitas yang besar, sedangkan manusia perlu memberi space pada urusan keduniawian.

Kisah hebat Isra' Mi'raj ini menjadi kisah menarik hati anak-anak kita apalagi dalam penyampaiannya disajikan dengan semenarik mungkin dan perlu ada drill atau tanya jawab berhadiah di akhir sesi. Perayaan Isra' Mi'raj bukan sekedar rutinitas menggugurkan kewajiban karena tradisi, tetapi lebih sebagai upaya mengukir dan mematri dalam sanubari anak-anak tentang perjalanan Rasulullah dalam menerima perintah salat 5 waktu. Maka jangan sepelekan salat, karena proses menerima perintahnya melalui perjalanan mulia yang tidak logis tapi bisa dibuktikan secara teori ilmiah...Wallahu A'lam Bis sawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun