Mohon tunggu...
Zetty Azizatun Nimah
Zetty Azizatun Nimah Mohon Tunggu... Guru - Guru Madrasah_Guru ngaji_Dosen_Instruktur

Hobi membaca dan menulis, travelling, mengajar, bercerita, melakukan sesuatu yang baru

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Menolak Membangun Generasi Mokondo dan Lelaki Princes

5 Januari 2025   08:00 Diperbarui: 5 Januari 2025   12:07 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengajari Anak Kemandirian dan Tanggung Jawab Sejak Dini, Antisipasi Generasi Mokondo dan Lelaki Princes (Dok Pribadi)

  1. Pendidikan Nilai-Nilai Hidup yang Seimbang

Pendidikan bukan hanya tentang akademik, tetapi juga membentuk karakter yang kuat dan empati. Beberapa langkahnya:

  • Kurikulum Berbasis Karakter: Masukkan pelajaran tentang empati, kerja sama, dan tanggung jawab dalam kurikulum sejak usia dini.
  • Program kurikulum  Nonformal: Melibatkan anak dalam kegiatan sosial seperti gotong royong, bakti sosial, atau pengelolaan komunitas untuk membangun rasa kepedulian.
  • Kesetaraan Gender dalam Pendidikan: Anak laki-laki dan perempuan harus mendapatkan pendidikan yang sama mengenai peran dan tanggung jawab mereka di masyarakat.

2. Pola Asuh yang Lebih Sehat

Orang tua memainkan peran penting dalam membentuk karakter anak. Untuk menghindari sifat Mokondo atau Lelaki Princes, berikut adalah strategi pola asuh:

  • Mengajarkan Tanggung Jawab: Orang tua perlu melibatkan anak dalam tugas rumah tangga sesuai usia mereka, seperti membantu membersihkan rumah atau mengatur anggaran sederhana.
  • Menghindari Overprotection: Jangan memanjakan anak laki-laki secara berlebihan. Ajarkan mereka untuk mandiri dalam mengatasi masalah.
  • Memberikan Teladan: Orang tua harus menjadi contoh nyata dalam menunjukkan sikap tanggung jawab, kerja keras, dan empati terhadap orang lain.
  • Melatih Keterampilan Sosial: Ajarkan anak untuk memahami pentingnya berbagi dan menghargai orang lain dalam interaksi sehari-hari.

3. Membentuk Budaya yang Mendukung Empati

Budaya kolektif yang menanamkan nilai-nilai empati akan menciptakan masyarakat yang lebih peduli dan bertanggung jawab. Caranya:

  • Menguatkan Komunitas Sosial: Dorong partisipasi dalam kegiatan sosial, seperti komunitas berbasis lingkungan, kegiatan amal, atau kelompok diskusi yang membangun.
  • Media yang Edukatif: Promosikan konten media yang mengangkat nilai kerja keras, berbagi, dan pentingnya kontribusi dalam hubungan.
  • Kampanye Publik: Luncurkan kampanye yang menyoroti pentingnya kerja sama dalam keluarga dan hubungan, seperti membagi peran dalam rumah tangga secara adil.

4. Mengubah Perspektif tentang Hubungan

Hubungan yang sehat didasarkan pada saling menghormati dan tanggung jawab bersama. Untuk itu:

  • Edukasi Pra-Nikah: Berikan edukasi tentang pentingnya komunikasi, tanggung jawab finansial, dan peran dalam hubungan sebelum menikah.
  • Kesepakatan dalam Hubungan: Dorong pasangan untuk mendiskusikan dan membagi peran secara adil, baik dalam aspek finansial maupun emosional.
  • Penanaman Nilai "Memberi dan Menerima": Ajarkan bahwa hubungan adalah tentang memberi dan menerima, bukan sekadar mengambil manfaat dari pihak lain.

5. Menanamkan Nilai-Nilai Kemandirian

Membangun generasi yang mandiri berarti mengajarkan mereka untuk:

  • Mengelola Keuangan: Anak-anak perlu diajarkan cara mengelola uang sejak kecil, termasuk pentingnya berhemat dan berbagi dengan orang yang membutuhkan.
  • Menyelesaikan Masalah: Beri mereka ruang untuk memecahkan masalah sendiri, tanpa selalu bergantung pada orang lain.
  • Menghargai Usaha Orang Lain: Berikan pemahaman bahwa semua hal yang mereka nikmati memerlukan usaha orang lain, sehingga mereka juga harus berkontribusi.

Kesimpulan

Dengan pendidikan yang tepat, pola asuh yang sehat, dan budaya yang mendukung empati serta tanggung jawab, generasi mendatang dapat tumbuh menjadi individu yang lebih peduli, mandiri, dan siap bekerja sama dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini bukan hanya bermanfaat untuk hubungan pribadi, tetapi juga untuk menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan berdaya. Mari ayah bunda kita bentuk anak-anak lelaki kita sejak dini dengan karakter mandiri, bertanggungjawab, jauh dari istilah mokondo dan lelaki princes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun