Mohon tunggu...
Zetty Azizatun Nimah
Zetty Azizatun Nimah Mohon Tunggu... Guru - Guru Madrasah_Guru ngaji_Dosen_Instruktur

Hobi membaca dan menulis, travelling, mengajar, bercerita, melakukan sesuatu yang baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengajak Siswa Menerima dengan Terbuka "Teman yang Berbeda"

16 Desember 2024   01:45 Diperbarui: 16 Desember 2024   01:45 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/ Dok. GTK Dikmendiksus Kemdikbud 

Madrasah kami walaupun bukan madrasah inklusi, tahun ini terdapat peserta didik yang mempunyai kebutuhan khusus. Melihat kondisi fisik dan perilaku yang berbeda dan terkadang nyleneh membuat peserta didik lainnya memandang sebelah mata. Kondisi ini akan cenderung membuka peluang sikap bulying bagi anak yang bersangkutan, baik bulying secara verbal, gestur tubuh atau bahkan penerimaan komunitas kelas. Beberapa kasus "siswa berbeda" masih bisa dipahami, tetapi ketika kasusnya siswa sering tantrum, perubahan suasana hati yang ekstrim di kelas dengan tanpa sebab, menjadikan kelas bahkan guru menjadi kalang kabut untuk menenangkannya. Bahkan kelas merasa terganggu kegiatan belajar mengajarnya  dengan kondisi yang tiba-tiba kacau.

Pendidikan anak berkebutuhan khusus adalah upaya pendidikan yang diselenggarakan untuk membantu anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dalam proses belajar dan perkembangan mereka. Anak-anak berkebutuhan khusus mencakup berbagai kondisi yang meliputi: 1) Disabilitas fisik seperti cacat tubuh, kesulitan mobilitas atau penggunaan alat bantu seperti kursi roda. 2) Disabilitas Sensorik, tunanetra atau gangguan penglihatan total atau parsial, tunarungu atau gangguan pendengaran total atau sebagian. 3) Disabilitas Intelektual seperti dwonsyondrome, autisme, atau keterlambatan mental. 4) Kesilitan belajar spesifik, seperti disleksia (kesulitan membaca), disgrafia (kesulitan menulis), diskalkulia (kesulitan matematika). 5) Gangguan perilaku dan emosional, seperti ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder: kesulitan memperhatikan atau mudah teralihkan, hiperaktif, seperti kesulitan duduk diam dalam waktu lama, mpulsif, cenderung bertindak tanpa memikirkan konsekuensinya), gangguan kecemasan, gangguan bipolar atau perubahan susasana hati yang ekstrim baik dari segi perubahan manik atau kelbihan energi, percaya diri maupun depresif atau kehilangan minat. 6) Kebutuhan medis spisifik, seperti anak dengan penyakit kronis seperti diabetes, epilepsi, atau hemofilia.

Mereka membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Berbagai model Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di antaranya: 1) Pendidikan yang diselenggarakan secara homogen seperti SLB, memerlukan pendekatan secara spesifik sesuai jenis disabilitasnya, seperta SLB-A untuk tunanetra, SLB-B untuk tunarungu, SLB-C untuk tunagrahita, SLB-D untuk tunadaksa, dan SLB-E untuk tunaraksa.  2) Pendidikan inklusi, memberikan kesempatan kepada ABK untuk belajar bersama anak-anak reguler di sekolah umum dengan penyesuaian kurikulum dan fasilitas serta melibatkan guru pendamping khusus untuk mendukung kebutuhan mereka. 3) Homeschooling untuk ABK, memberikan pembelajaran di rumah bagi anak yang sulit beradaptasi dengan lingkungan sekolah. 4) Sekolah Hybrid, kombinasi pembelajaran tatap muka di sekolah khusus dan online untuk meningkatkan fleksibilitas. 5) Sekolah dengan Pendekatan Multidisiplin, mengintegrasikan tenaga medis, psikolog, terapis, dan pendidik untuk membantu perkembangan ABK secara menyeluruh.

Pada lingkungan SLB yang peserta didiknya homogen jarang terjadi pembuliyan karena semua siswa mempunyai kebutuhan khusus, tetapi Pendidikan yang diselenggarakan melalui Pendidikan inklusi di mana ABK duduk dan belajar bersama dengan anak normal lainnya, hal inilah menjadi tantangan bagi madrasah atau sekolah penyelenggara inklusi. Beberapa cara yang perlu dilakukan lembaga agar peserta didik mayoritas menerima "teman yang berbeda" di antaranya:

Peningkatan Kesadaran di Sekolah

Mendidik siswa reguler tentang pentingnya saling menghormati dan mendukung teman-teman ABK. Membuka kesadaran bahwa anak ABK adalah bentuk keragaman yang dianugerahkan Allah pada makhluknya, maka menerima sacara terbuka, menghargai, dan mendukung eksistensi mereka merupakan keharusan karena sunatullah untuk terciptanya harmoni. Mendukung dan membantu mereka bersosialisasi pada khalayak umum  sebagai bentuk perilaku empati agar anak ABK bisa hidup mandiri dan bermasyarakat secara normal.

Penyuluhan dan Edukasi Publik

Mengadakan seminar atau lokakarya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang ABK. Di lingkungan sekolah atau madrasah bisa disampaikan melalui parenting ketika pertemuan orangtua bagaimana bersikap dan memahami anak-anak berkebutuhan khusus yang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak normal pada umumnya

Program Inklusi Sosial

Melibatkan ABK dalam kegiatan komunitas, seperti olahraga atau seni untuk mengurangi stigma.

Peran Media

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun