Masyarakat yang religi dalam pemilihan Pilkada akan lebih cenderung memilih sosok yang religi, publik figur yang sudah malang melintang di organisasi kemasyarakatan berbasis agama. Walaupun tanpa dipungkiri kekuatan dana menggerakkan masa tak bisa diabaikan, tetapi memperhitungkan publik figur juga harus menjadi prioritas. Maka keberhasilan Paslon menapaki kancah birokrasi elit baik tingkat daerah, provinsi, dan pusat sangat ditentukan kekuatan dana, kekuatan koalisi, dan publik figur agama. Masyarakat Indonesia yang masih melekat kultur Timur yaitu perilaku dan opini keagamaannya, pasti kecerdasannya memilih akan  cenderung pada yang selaras dengan opininya.Â
Meneropong masa lampau, politik menjadi bagian penting bagi kekuatan peradaban Islam. Islam tidak akan berkembang tanpa Rasulullah menguasai kancah perpolitikan di Madinah, Jazirah Arab, sebagian besar wilayah Asia Abad 8 tidak akan bersatu di bawah poweritas Islam tanpa ada kekuatan Khulafaur Rasyidin. Barat tidak akan mengenal keindahan Islam tanpa ekspansi yang dilakukan Al Walid masa Daulah Umayyah Timur. Begitupun Nusantara tidak akan mengakar keislamannya tanpa adanya perkembangan perpolitikan Islam melalui Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa maupun luar Jawa. Maka alergi Poltik dalam beragama adalah suatu kecerobohan, karena dengan berpolitik maka kebijaksanaan-kebijaksanaan yang pro terhadap agama akan terjamin.
Membaca kesuksesan para tokoh agamawan dalam Pilkada 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H