Terbayang wajah penuh duka di usia senja
Menyentil perjalananku yang beraral terjal
Menyibak lamunanku pada keriput wajah bunda
Mengingat sosok yang pilu pedih terus terjejal
Asamu begitu melambung tinggi tak bisa ku mengimbangi
Egomu kekeh bagai seonggak bongkahan batu pinggir kali
Tekadmu kokoh takkan roboh bak pancang besi paku bumi
Do'amu melangit berharap terkabul bersama kokok ayam pagi
Tapi semua ambyar dengan rengekan dan godaan si bungsu
Kelembutanmu tak terukur halusnya mengabulkan pinta
Buruk pinta terlontar kau kabulkan walau berat di kalbumu
Betapa culasnya yang memanfaatkan kasih sayang ibunda
Keindahan senja seharusnya bisa dinikmati dengan hati lapang
Romansa sunset tepi pantai seharusnya nampak terpampang
Gemericik suara air laiknya bisa terdengar dengan gamblang
Namun semua berlalu bersama harapan yang berangsur hilang
Bunda..... Dalam keriput wajahmu terukir kisah masa kecil kami
Yang tak bisa kami tebus dengan banyaknya materi duniawi
Bahkan seribu cinta yang kami tawarkan takkan bisa mewakili
Ooooh Bunda.....Akankah nestapa di keriput wajahmu bisa kami akhiri?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H