Terbayang wajah penuh duka di usia senja
Menyentil perjalananku yang beraral terjal
Menyibak lamunanku pada keriput wajah bunda
Mengingat sosok yang pilu pedih terus terjejal
Asamu begitu melambung tinggi tak bisa ku mengimbangi
Egomu kekeh bagai seonggak bongkahan batu pinggir kali
Tekadmu kokoh takkan roboh bak pancang besi paku bumi
Do'amu melangit berharap terkabul bersama kokok ayam pagi
Tapi semua ambyar dengan rengekan dan godaan si bungsu
Kelembutanmu tak terukur halusnya mengabulkan pinta
Buruk pinta terlontar kau kabulkan walau berat di kalbumu
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!