Di level ketiga, dunia paralel bukan terpisahkan jarak, tetapi oleh waktu. Jadi, di dunia pada level ini didasari oleh konsep mekanika kuantum, yaitu cabang ilmu fisika yang mempelajari dunia super kecil. Bukan. Masih lebih kecil lagi hingga ke level di bawah atom. Karena singkatnya, di dunia kuantum segalanya itu berbasis kemungkinan.
Maksudnya bagaimana? Agar tidak bingung ayo kita main dadu. Tiap lempar dadu kemungkinannya kita dapat hasil antara 1 sampai 6, tapi di dunia kuantum kita anggap bahwa semua kemungkinan hasil itu bisa terjadi semuanya sekaligus. Nah, di teori dunia paralel ini, alam semesta kita lah yang jadi dadu tersebut. Ada kemungkinan, masa depan yang ada sangat sangat sangat banyak, tapi kita yang di dalamnya hanya bisa melihat satu alur waktu saja.
Level 4 : Semesta Matematika
Level yang satu ini adalah yang paling abstrak dan paling ekstrem dibandingkan dengan yang sebelum-sebelumnya. Singkatnya karena hukum alam di dunia paralel level ini bisa jauh beda dengan apa yang kita tahu. Karena di sini singkatnya kita mengikuti aturan yang nama ribetnya "Prinsip Demokrasi Matematika". Semesta apa pun yang secara hitung-hitungan masuk akal akan sah-sah saja untuk dianggap benar-benar ada.
Dunia paralel sekilas terdengar seperti fiksi sains, apa yang kita bahas di sini juga sebenarnya bukanlah sebuah kepastian yang sudah diuji, tapi masih batas prediksi, tapi juga bukan lantas ini jadi omong kosong belaka. Dulu mungkin kita berpikir bahwa Bumi itu pusat alam semesta dan waktu itu pasti absolute. Tapi sekarang kita tahu bahwa Bumi itu mengelilingi matahari dan bahkan waktu bisa dibengkokkan.
Itulah ilmu pengetahuan, apa yang sekarang terasa mustahil, bisa terwujud di masa depan. Dari ketidaktahuan kita bertanya, dari bertanya kita membuka babak-babak baru untuk memahami dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H