Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Dengan kemajuan teknologi semua informasi dengan cepat dan mudah tersebar, hal ini tentu dimanfaatkan untuk beberapa kalangan terutama tenaga kesehatan untuk mengedukasi masyarakat.Â
Seperti contoh penerapan dalam upaya pencegahan HIV/AIDS, penggunaan media sosial telah terbukti menjadi alat yang sangat potensial, baik untuk edukasi maupun intervensi yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat.Â
Berdasarkan hasil tinjauan literatur, dua metode yang telah diterapkan dalam pencegahan HIV berbasis media sosial adalah Network Monitoring Sistem (NMS) dan Intervensi langsung. Tapi dari kedua metode ini dapat dilakukan pendekatan lebih lanjut dengan Health Belief Model (HBM).Â
Network Monitoring System (NMS)Â
Metode Network Monitoring System (NMS) digunakan dalam penelitian jurnal pencegahan HIV/AIDS berfokus pada pemantauan percakapan di media sosial, khususnya terkait dengan perilaku seksual berisiko dan informasi tentang HIV. Health Belief Model, penggunaan NMS dapat memengaruhi beberapa komponen utama dalam model ini:
1.Perceived Susceptibility: NMS membantu mengidentifikasi kelompok-kelompok berisiko, seperti mereka yang terlibat dalam perilaku seks berisiko. Dengan melihat perilaku mereka di media sosial. Misalnya, jika peneliti menemukan bahwa banyak individu di media sosial berbicara tentang seks bebas tanpa kondom, mereka dapat menyarankan tindakan pencegahan yang lebih spesifik.
2.Perceived Severity: Penggunaan data dari NMS untuk memantau percakapan mengenai HIV dapat membantu meningkatkan persepsi keparahan di kalangan pengguna media sosial.Â
3.Perceived Benefits: NMS dapat memetakan informasi yang berhasil diterima oleh pengguna media sosial. Jika pesan-pesan tentang tes HIV rutin dan penggunaan kondom sebagai langkah pencegahan disebarkan secara efektif, hal ini dapat memperkuat persepsi manfaat tindakan preventif tersebut.
4.Perceived Barriers: Salah satu hambatan yang ditemukan dalam penggunaan NMS adalah rendahnya partisipasi orang yang terinfeksi HIV, karena kekhawatiran terkait privasi dan stigma sosial.Â
5.Cues to Action: Hasil pemantauan dari NMS dapat berfungsi sebagai isyarat untuk bertindak. Dengan mengetahui di mana kelompok berisiko berkumpul dan apa yang mereka bicarakan, pesan edukasi dapat lebih tepat sasaran, mengarahkan mereka untuk mengikuti tes HIV secara rutin dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang lebih tepat.
6.Self-Efficacy: NMS tidak hanya membantu dalam mengidentifikasi perilaku berisiko, tetapi juga dalam memberi tahu individu tentang kemampuan mereka untuk melakukan tindakan pencegahan.Â