Ramadhan beberapa hari lagi akan meninggalkan kita, umat muslim pun akan kembali suci setelah menjalani puasa selama 30 hari lamanya. Sebenarnya, tidak ada yang signifikan berbeda pada ramadhan kali ini, kecuali jarak tempuh dari kantor ke rumah yang semakin jauh jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika di tahun sebelumnya saya hanya menempuh jarak 28 km dari Tambun-Jakarta dan sebaliknya, puasa tahun ini saya harus menempuh jarak kurang lebih 40km dari Tambun-Jakarta, dan sebaliknya selama 5 hari dalam seminggu.Â
Bila tahun lalu saya ingat-ingat kalau saya menempuh jarak yang jauh dengan kondisi yang macet, kali ini tidak kalah dengan tahun lalu, malah bisa dibilang ini lebih macet, sehingga lebih melelahkan. Ketika lancar, saya bisa menempuh jarak 40km hanya dengan waktu 1,5 jam, akan tetapi kalau macet, 2 jam di perjalanan saja sudah bersyukur. Malah terkadang saya menempuh perjalanan selama 3jam. Kalau teman saya bilang, seperti ke Bandung saja. Sama-sama masuk dalam provinsi Jawa Barat sih, hanya beda nama daerah dan jarak saja dari Jakarta.
Menempuh perjalanan AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) selama 5 hari dalam seminggu, dengan waktu tempuh yang relatif lama ketika macet, akhirnya membuat saya harus merasakan badan yang gampang sakit, dan juga pegal-pegal yang tidak berkesudahan. Bagaimana tidak? Menyetir motor di tengah kemacetan ibukota membuat tubuh saya lelah. Bukan hanya karena saya harus menyetir selama itu, tapi juga batin yang lelah karena menghadapi para riders lain, yang suka menguji emosi. (termasuk saya sih...)
Karena efek yang ditimbulkan oleh kemacetan ini sudahlah tidak bisa saya tahan, yaitu saya sering merasakan sakit saat weekend, saya mencoba untuk mencari cara lain selain menyewa kos, atau naik kendaraan umum. Akhirnya saya disarankan oleh rekan kerja saya untuk mulai mengkonsumsi vitamin atau suplemen agar imun saya lebih kuat, sehingga tidak mudah sakit dan capek.
Tanpa pikir panjang, saya mulai mencari vitamin dan suplemen untuk saya konsumsi demi menjaga kesehatan saya sebagai musafir. Sebelum mencari, saya mulai mengingat ngingat kembali ke masa 2 atau 3 tahun lalu, vitamin apa yang saya konsumsi. Teringat oleh saya, saya pernah meminum Vitamin C, akan tetapi perut saya tidak kuat, minum vitamin lain, tapi manfaat yang saya rasakan tidak ada. Di tengah mengingat-ngingat vitamin atau suplemen apa yang cocok untuk saya, saya juga menanyakan rekomendasi vitamin yang cocok untuk saya, lewat teman-teman saya.
Di tengah-tengah itu, banyak teman saya merekomendasikan suplemen yang sedang mereka konsumsi. Ada yang merekomendasikan vitamin c, vitamin b12, hingga ada satu teman kantor saya yang mengatakan bahwa dia mengkonsumsi suplemen dengan kandungan Squalene. Mendengar kata itu, yang saya ingat adalah berita bahwa Squalene akan menjadi bahan utama untuk vaksin covid-19 pada tahun lalu. Karena penasaran, saya meminta dijelaskan, apa manfaat yang ia dapatkan.Â
Dengan sukarela, dia menjelaskan kepada saya kenapa dia memilih suplemen itu, dan apa yang dirasakan olehnya setelah meminum suplemen itu. Awalnya saya pikir, apa dia sedang "berjualan"? Karena mencurigakan. Setelah saya tanya apakah dia yang jualan, dia dengan tegas menjawab tidak, dan saya hanya tertawa.Â
Teman saya tahu bahwa saya skeptis terhadap apa yang dia katakan kepada saya, sampai pada akhirnya, dia mengatakan kepada saya, bahwa besok dia akan membawa suplemen itu, dan akan memberikannya kepada saya. Katanya sih, dia hanya ingin dapat pahala karena telah membantu musafir. Hahaha. Sungguh teman yang baik dan pengertian.
Keesokan harinya saat bertemu di kantor, dengan antusiasnya dia mengatakan kepada saya"
"Ini cobain satu biji dulu besok pas sahur, langsung kerasa pasti. Badan lo pasti enakkan, dan ngerasa powerfull banget kaya gue