Mohon tunggu...
Zeritho Ridho
Zeritho Ridho Mohon Tunggu... -

Gak mau terkenal, cukup dikenal banyak orang. Sampoerna Academy Bogor.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Analisis Persamaan dan Perbedaan Cerita Ulang: "Jaka Tarub dan Aryo Menak"

30 November 2014   20:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:26 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jaka Tarub

Dari berbagai cerita ulang rakyat di Indonesia terdapat beberapa cerita yang memiliki kemiripan dalam struktur, alur cerita, dan pesan moral. Dalam kesempatan kali ini saya akan menganalisis persamaan atau kemiripan serta perbedaan antara cerita Jaka Tarub yang berasal dari Jawa Tengah dan cerita Aryo Menak yang berasal dari Jawa Timur.

Alkisah pada suatu malam Jaka Tarub pergi memasuki hutan dan menemukan sumber cahaya di balik danau. Ia terkejut ketika menjumpai tujuh orang bidadari sedang mandi di danau. Melihat tumpukan selendang bidadari-bidadari tersebut, Jaka Tarub menyembunyikan sebuah selendang dari salah satu bidadari tersebut. Ketika sekumpulan bidadari tersebut hendak pulang ke khayangan, seorang bidadari tertinggal dan menangis tersedu-sedu di bawah pohon karena kehilangan selendangnya sehingga ia tidak dapat terbang kembali ke khayangan. Pada saat itu pula bidadari tersebut bersumpah bahwa siapapun yang memberikan dia busana akan dijadikannya sebagai suaminya apabila laki-laki dan menjadikannya sebagai saudarinya apabila wanita. Mendengar sumpah tersebut Jaka Tarub muncul secara tiba-tiba dan berusaha menghibur Nayang Wulan, nama bidadari tersebut. Lalu, Jaka Tarub memberikan busana sebagai pengganti selendangnya yang disembunyikannya oleh dirinya sendiri. Akhirnya mereka berdua menjadi suami istri yang berbahagia dan dikarunia seorang anak.

Mereka berdua hidup serba berkecukupan. Hingga suatu hari timbulah suatu rasa penasaran dari Jaka Tarub, Nayang Wulan dapat menanak nasi setiap hari dan padi dalam lumbung tidak pernah habis. Suatu hari Nayang Wulan pergi ke sungai untuk menyuci pakaian dan berpesan kepada Jaka Tarub untuk tidak membuka tutup periuk yang berada di dapur. Namun karena rasa penasaran yang tinggi, akhirnya Jaka Tarub melanggar janji tersebut, ia membuka tutup periuk dan hanya menemukan sebutir beras. Setelah Nayang Wulan kembali, ke rumah, ia membuka tutup periuk dan hanya menemukan sebutir beras, ia kecewa karena suaminya tidak menepati janjinya. Sehingga setiap hari Nayang Wulan harus menumbuk padi sebelum menanak nasi. Karena lama kelamaan beras berkurang di dalam lumbung untuk dimasak sebagai nasi, akhirnya Nayang Wulang menemukan selendangnya tersembul dari dalam lumbung. Ia ingat bahwa selendang ini merupakan miliknya, dan ia berpikir bahwa selama ini Jaka Tarub lah yang menyembunyikannya.

Setelah menemukan selendangnya, Nayang Wulan mengucapkan salam perpisahan kepada Jaka Tarub untuk kembali ke khayangan dan berpesan untuk menjaga anak-anak mereka. Ia juga berpesan jika Jaka Tarub merindukannya cukuplah dia hanya melihat bulan purnama. Jaka Tarub akhirnya menyesal atas perbuatannya dan larut dalam kesedihan.

Aryo Menak

Aryo Menak merupakan cerita rakyat yang berasal dari Madura, Jawa Timur. Diceritakan suatu hari Aryo Menak pergi ke dalam hutan saat bulan purnama dan menemukan sumber cahaya di sekitar danau. Aryo Menak pun datang menghampirinya, ia terkejut ketika menjumpai tujuh bidadari sedang mandi di danau.Aryo Menak pun langsung terpesona akan kecantikan mereka. Timbulah keinginannya untuk memiliki salah seorang diantaranya. Ia lalu berjalan mengendap-endap ke arah tumpukan pakaian para bidadari yang diletakkan begitu saja di bawah sebuah pohon. Kemudian, dengan secepat kilat Aryo Menak mengambil salah satu selendang dari bidadari-bidadari itu.

Selepas mandi, ketujuh bidadari itu segera bergegas keluar dari telaga untuk mengambil pakaian masing-masing. Setelah berpakaian mereka langsung terbang menuju langit ke tujuh. Namun, ada satu bidadari yang tidak dapat terbang karena selendang yang biasa digunakan untuk terbang lenyap. Sang bidadari yang ditinggal oleh kakak-kakaknya itu lantas duduk termenung di bawah pohon sambil menangisi selendangnya yang hilang.

Aryo Menak yang dari tadi mengintip di balik semak-semak perlahan-lahan mendekatinya. Ia berpura-pura tidak mengetahui apa yang sedang terjadi. Setelah mendapat penjelasan singkat dari sang bidadari, Aryo Menak mencoba menghibur hati sang bidadari sebagai pelipur lara. Sang bidadari akhirnya terhibur dan melupakan hal yang ia sempat khawatirkan. Ia tidak menolak ketika Aryo Menak menawarkan untuk tinggal di rumahnya. Singkat cerita, beberapa bulan kemudian Aryo Menak melamar sang bidadari. Mereka kemudian hidup sebagai pasangan suami istrri.

Oleh karena bukan seorang manusia biasa, maka sang bidadari tentu saja mempunyai kekuatan gaib. Ia dapat menanak sepanci nasi hanya dengan sebutir beras. Namun syaratnya, ketika akan menanak nasi siapapun tidak ada yang boleh menyaksikannya, termasuk Aryo Menak suaminya sendiri.

Dikisahkan, Aryo Menak penasaran sebab beras di lumbungnya tidak bernah berkurang meskipun selalu diambil untuk dijadikan makanan. Ketika istrinya sedang mencuci pakaian di sungai, Aryo Menak langsung masuk ke dapur untuk membuka panci tempat istrinya biasa menanak nasi. Tindakan ini ternyata membuat kekuatan gaib istrinya menjadi lenyap. Mulai saat itu, Sang Bidadari harus mengambil beras dalam jumlah banyak di lumbung. Lama-kelamaan beras di dalam lumbung menjadi berkurang.

Suatu hari, sang bidadari menjadi terkejut ketika akan mengambil beras yang hanya tersisa sedikit lagi di sudut lumbung. Ia melihat selendangnya yang hilang tersembul di bawah tumpukan beras. Ia lalu mengambil dan segera mencucinya. Setelah itu, sang bidadari langsung mengenakan selendangnya dan terbang ke langit.

Saat Aryo Menak pulang ke rumah, ia menjadi bingung karena istrinya tidak ada dan makanan pun belum disediakan. Ia lalu mencari ke sekeliling rumahnya. Pada saat berada di lumbungnya, Aryo Menak menjadi sangat terkejut. Selendang milik istrinya yang selama ini ia sembunyikan di sudut lumbung telah raib dari tempatnya. Aryo Menak akhirnya sadar bahwa sang bidadari telah menemukan selendangnya dan terbang kembali ke langit. Ia sangat menyesal. Sejak saat itu Aryo Menak bersumpah bahwa ia dan seluruh keturunannya akan berpantang untuk memakan nasi.

***

Sumber:

http://365ceritarakyatindonesia.blogspot.com/
Jaka Tarub dan Bidadari (Jawa Tengah) oleh Daniel Agus Maryanto, penerbit Grasindo.
Cerita Rakyat Dari Jawa Timur oleh Dwianto Setyawan, penerbit Grasindo.

Analisis Cerita Ulang

Kedua cerita ini memiliki beberapa kemiripan dalam alur ceritanya. Salah satunya kedua cerita ini sama-sama menceritakan tentang seorang pemuda yang secara tidak sengaja menjumpai tujuh bidadari yang sedang mandi di danau dalam sebuah hutan. Jaka Tarub dan Aryo Menak sama-sama menyembunyikan sebuah selendang dari seorang bidadari yang sedang mandi, sebagai siasat untuk menjadikan bidadari tersebut sebagai istri mereka. Kemudian Jaka Tarub maupun Aryo Menak berpura-pura menolong sang bidadari dengan memberikan mereka pakaian seadanya. Jaka Tarub akhirnya menjadi suami dari bidadari yang ia tolong, Nayang Wulan namanya dalam cerita tersebut. Begitu pula yang terjadi dengan Aryo Menak.

Kehidupan kedua tokoh ini dalam cerita sangat bercukupan. Namun Jaka Tarub dan Aryo Menak sama-sama memiliki rasa penasaran mengapa beras dalam lumbung mereka tak kunjung habis meskipun setiap hari selalu digunakan untuk menanak nasi oleh istri mereka.

Hingga suatu hari, ketika istri dari Jaka Tarub dan Aryo Menak pergi ke sungai untuk mencuci, sang bidadari berpesan kepada suami mereka untuk tidak membuka panci (periuk). Namun karena rasa penasaran, Aryo Menak dan Jaka Tarub sama-sama melanggar janji yang diamanatkan dari istrinya sehingga mereka membuka panci dan hanya menemukan sebutir beras. Kejadian ini menyebabkan kekuatan gaib dari sang bidadari hilang, sehingga sang bidadari harus menumbuk padi sebelum menanak nasi. Lama kelamaan beras dalam lumbung berkurang karena digunakan untuk menanak nasi, ketika beras hampir habis di dalam lumbung, mereka menemukan selendang milik mereka yang hilang di telaga. Mereka akhirnya menyadari bahwa selama ini suami mereka lah (Jaka Tarub dan Aryo Menak) yang menyembunyikannya. Setelah itu mereka kembali ke tempat di mana mereka berasal, yaitu khayangan.

Mengetahui bahwa para istrinya kembali ke khayangan, Jaka Tarub dan Aryo Menak bersedih dan menyesali perbuatannya selama ini menipu sang istri.

Selain memiliki beberapa kemiripan dalam alur cerita, kedua cerita ini juga memiliki beberapa perbedaan. Mulai dari asal daerah, cerita “Jaka Tarub” berasal dari daerah Jawa Timur sedangkan cerita “Aryo Menak” berasal dari daerah Jawa Tengah. Menurut hasil analisis saya pribadi, banyak sekali ditemukan kemiripan antara cerita “Jaka Tarub” dengan cerita “Aryo Menak”. Mungkin kisah ini saling mengadaptasi satu sama lain, entah cerita mana dulu yang lebih terkemuka di kalangan rakyat. Walaupun begitu masih banyak perbedaan-perbedaan yang dapat ditemukan dalam cerita ini.

Perbedaan alur kedua cerita ini diceritakan pada awal kisah “Jaka Tarub” Nayang Wulan sempat bersumpah terlebih dahulu barang siapapun yang berniat menolongnya apabila lelaki akan menjadi suaminya, apabila perempuan maka akan menjadi saudaranya. Setelah Nayang Wulan bersumpah, Jaka Tarub baru muncul secara tiba-tiba menolong Nayang Wulan dengan mengharapkan imbalan bahwa Nayang Wulan akan menjadi istrinya kelak. Sedangkan pada cerita “Aryo Menak”, sang bidadari tidak bersumpah apa-apa. Aryo Menak datang menolong secara tiba-tiba. Namun pada akhirnya mereka tetap menjadi sepasang suami istri.

Dikisahkan pula pada keluarga Jaka Tarub dikisahkan mereka dikarunia seorang anak, sedangkan pada kisah Aryo Menak tidak diceritakan bahwa keluarganya memiliki seorang anak.

Istri Jaka Tarub, Nayang Wulan tidak diceritakan secara langsung oleh penulis bahwa Nayang Wulan memiliki kekuatan gaib mampu menanak nasi hanya dengan sebutir beras, sedangkan pada kisah “Aryo Menak” sang bidadari diceritakan secara langsung oleh penulis memiliki kekuatan gaib mampu menanak nasi hanya dengan sebutir beras.

Sebelum istri Jaka Tarub, Nayang Wulan kembali ke khayangan setelah menemukan selendangnya, ia masih sempat untuk mengucapkan salam perpisahan kepada Jaka Tarub. Nayang Wulan juga berpesa n agar Jaka Tarub menjaga anak-anaknya dengan baik. Hal ini menandakan bahwa Nayang Wulan masih mencintai Jaka Tarub dari dalam hatinya dan memaafkan perbuatan Jaka Tarub yang selama ini telah menipu dirinya. Sedangkan istri Aryo Menak, sang bidadari seketika pergi langsung kembali ke khayangan tanpa memberi salam perpisahan kepada Aryo Menak. Hal ini membuktikan bahwa hati sang bidadari sangatlah kecewa atas perbuatan Aryo Menak yang telah menipu dirinya selama ini.

Perbedaan yang terakhir adalah, dikisahkan pada kisah “Jaka Tarub”, Jaka Tarub menyesali dan terlarut dalam kesedihan atas kepergian Nayang Wulan kembali ke khayangan. Demikian pula dengan Aryo Menak, namun Aryo Menak bersumpah bahwa ia dan seluruh keturunannya kelak berpantang untuk memakan nasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun