BANDUNG, kompasiana.com -- Pada Sabtu, 5 Oktober 2024 BSO Zephyrus HMME "Atmosphaira" ITB mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat dengan melibatkan lebih dari 50 peserta dari Massa Himpunan Mahasiswa Meteorologi (HMME) "Atmosphaira" ITB di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung. Kegiatan Ngaguar Banjir Majalaya X BSO Zephyrus HMME "Atmosphaira" ITB, yang selanjutnya disingkat menjadi NBM x BSO Zephyrus, berfokus pada edukasi pengurangan risiko bencana banjir di Majalaya. Kegiatan ini diinisiasi oleh BSO Zephyrus HMME "Atmosphaira" ITB dan bekerjasama dengan komunitas Jaga Balai serta mitra-mitra kolaborator di grup WhatsApp Siaga Warga Majalaya.Â
Majalaya telah lama dikenal sebagai wilayah yang sering terdampak banjir. Kondisi geografis dan topografi Majalaya yang dilalui oleh Sungai Citarum membuat wilayah ini rentan terhadap aliran air berlebih saat musim hujan, yang berpotensi menyebabkan banjir. Berdasarkan kondisi tersebut, BSO Zephyrus HMME "Atmosphaira" ITB mengambil langkah nyata dengan melakukan edukasi tentang kerentanan wilayah ini serta melibatkan komunitas setempat dalam upaya mitigasi bencana banjir. Salah satu tujuan utama kegiatan ini yakni meningkatkan pemahaman masyarakat dan massa yang terlibat mengenai pentingnya sistem peringatan dini dan partisipasi aktif dalam upaya mitigasi.
Melalui edukasi dan kolaborasi ini, diharapkan masyarakat setempat bersama dengan Massa HMME "Atmosphaira" ITB dapat lebih tanggap menghadapi risiko banjir. Meskipun kondisi yang dialami oleh Massa HMME "Atmosphaira" ITB mungkin berbeda dengan masyarakat setempat, kegiatan ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk belajar dari realitas lokal dan tantangan yang dihadapi masyarakat Majalaya. Pengetahuan akademis yang dimiliki Massa HMME "Atmosphaira" ITB ketika dipadukan dengan pengalaman langsung dari masyarakat, dapat meningkatkan efektivitas dalam memperkuat upaya pencegahan dan respons cepat ketika bencana banjir terjadi.
Kegiatan NBM x BSO Zephyrus dimulai pada pukul 08.00 WIB dengan titik kumpul di Masjid Agung Majalaya. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok yang akan melalui rute-rute yang telah ditentukan saat briefing awal. Para peserta berkeliling dengan sistem post to post untuk melihat lokasi-lokasi yang terdampak banjir. Salah satu pos yang menarik adalah Pos 4 (PDAM - Intake Cibangoak), di mana para peserta diperkenalkan dengan instrumen Automatic Water Level Recorder (AWLR) dan Rain Gauge yang dikembangkan oleh BSO Zephyrus. Kedua instrumen ini berfungsi memonitor ketinggian muka air dan curah hujan yang sangat penting untuk memprediksi potensi banjir.Â
Selain pengenalan instrumen teknis, peserta juga mengunjungi langsung salah satu titik rawan banjir yang bertempat di Pos 2 Atirompe, dengan fasilitator Kang Tantan dan Kang Sopi. Di sana, terdapat alat pengukur ketinggian muka air di darat, dari titik terdekat hingga titik terjauh dari sungai. Para peserta juga mendapat penjelasan mengenai upaya mitigasi banjir yang dilakukan oleh masyarakat setempat, seperti pembuatan tanggul untuk mencegah air masuk ke rumah.Â
Di akhir kegiatan, seluruh peserta diajak berdiskusi di Pos 5 di Desa Cikitu. Para peserta juga terlibat dalam permainan yang dirancang untuk meningkatkan creative thinking dan problem solving terkait permasalahan banjir serta memberikan solusinya. Kegiatan ini ditutup dengan refleksi bersama dari panitia dan pesertanya. Melalui kegiatan ini, BSO Zephyrus HMME "Atmosphaira" ITB berharap dapat membangkitkan kesadaran akan pentingnya mitigasi bencana, terutama di daerah rawan seperti Majalaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H