Hari ini adalah kegiatan Pramuka tahunan di sekolahku. Kemah di sekitar puncak Bogor selama satu hari satu malam. Kami seangkatan menaiki truk tentara dari Kota Depok memakan waktu perjalanan sekitar 4 jam, akhirnya kami sampai di lokasi kemah kami, terdapat tenda-tenda yang akan kami tempati, namun kami terlebih dahulu baris berbaris di lapangan rumput yang lumayan luas.
Setelah kami selesai upacara pertama, kami melakukan kegiatan-kegiatn seputar Pramuka seperti menghapal sandi Morse menggunakan bendera merah-kuning, tali menali dan lainnya. Di siang hari kami menaruh tas-tas kami di tenda dengan rapih supaya kamu memiliki tempat tidur yang cukup untuk nanti malam. Kami melaksanakan shalat Dzuhur dan makan siang. Sore sampai malam kami melakukan kegiatan seperti biasa di acara kemah Pramuka.
Saat waktu istirahat aku berkeliling di sekitar wilayah kemah, ada pintu besi di bawah yang mungkin membawa seseorang ke suatu tempat, aku tidak pergi ke sana karena setiap murid tidak boleh keluar dari wilayah kemah. Tapi jika diperhatikan pintu itu sepertinya menuju jalan ke sungai.
Setelah istirahat kami melaksanakan serangkaian kegiatan keagamaan dari magrib sampai isya. Kemudian kami pergi tidur di dalam tenda. Setiap tenda ditempati satu regu.
Tentu kami tidak tidur cepat. Banyak dari anggota regu lain pergi keluar tenda diam-diam dan kadang membuka atau merusuh di tenda regu lain. Pikir kami guru-guru pembina Pramuka sedang rapat di gedung atas. Makanya kami bebas malam ini keluar-keluar. Terlihat ada yang menggedor-gedor tenda, menyalakan senter ke pepohonan dan bersembunyi di tenda regu lain.
Sampai tiba-tiba ada desas desus tentang anjing di wilayah kemah. Setelah kami bertanya anjing itu ternyata juga pernah masuk ke tenda-tenda z mengacak-acak barang bawaan kami. Beruntungnya anjing itu hanya berkeliaran di bagian tenda bawah kanan, sedangkan kami tendanya berada di atas kiri.
Akhirnya rapat guru pembina selesai, para guru mulai mengecek tenda-tenda murid dan memastikan semua murid tertidur. Setelah terlelap tidur, jam 2 kami dibangunkan secara tiba-tiba, hal yang kami duga terjadi yaitu jurit malam. Kami dibariskan peregu di lapangan rumput, diberi arahan kalau kami harus sopan di wilayah orang lain, memancing kami untuk sedikit takut dari arahan yang ambigu. Setelah belasan menit arahan, akhirnya kami berjalan per regu, menyusuri jalan setapak, sampai di jembatan. Kami dihentikan oleh guru dan diberi beberapa pertanyaan yang gampang kami untuk jawab.
Setelah berjalan dan melewati pos-pos yang ditentukan, kami berhenti di pos yang dijaga oleh guru pembina Pramuka. Kami disuruh berjalan satu per satu melewati jalan yang panjang dan gelap gulita. Juga disuruh sambil melantunkan surat Al-Ikhlas dan An-Nas. Yang membuat bulu kuduk kami berdiri dan deg-degan seraya satu per satu anggota regu kami dipanggil berjalan. Berjalannya tidak seperti biasa, kami harus jongkok dan cubit silang kuping kami dengan tangan. Jalan yang sangat panjang ketika aku berjalan, untungnya aku dapat melewatinya dengan tenang walaupun lingkungan sekitar berupa pepohonan tinggi dan tebing. Cahaya akhirnya terlihat dan aku berhasil melewati tantangan yang menantang itu. Bayangkan saja ada kemungkinan aku bisa jauh ke jurang di antara pohon-pohon. Namun aku berhasil kembali ke wilayah perkemahan.
Kami di pagi hari melakukan jalan pagi yang beberapa jalannya melewati jalan di jurit malam. Jalan yang kukira panjang sekali saat jurit malam ternyata cuma jalan pendek yang bahkan ujung jalannya langsung terlihat. Bahkan temanku juga berkata kalau jalan ini seperti pendek di pagi hari. Kemudian siangnya kami beres-beres dan kembali ke sekolah dan pulang ke rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H