Mohon tunggu...
Zen Za
Zen Za Mohon Tunggu... -

ZenZa pemegang rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) No. 1270/R.MURI/2004 di bidang seni

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

“Saat Srikandi Negeri Korupsi Masuk Bui, Emansipasi yang Kebablasan?”

1 Juli 2012   05:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:23 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Emansipasi ialah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sejumlah usaha untuk mendapatkan hak politik maupun persamaan derajat  sering bagi kelompok yang tak diberi hak secara spesifik, atau secara lebih umum dalam pembahasan masalah seperti itu. Di antara lainnya, Karl Marx membahas emansipasi politik dalam esainya Zur Judenfrage (Tentang Masalah Yahudi), meski sering di samping (atau bertentangan dengan) istilah emansipasi manusia. Pandangan Karl Marx tentang emansipasi politik dalam karya ini diikhtisarkan oleh seorang penulis seperti memerlukan "kesamaan derajat warganegara perseorangan dalam hubungannya dengan negara, kesamaan di depan hukum, tanpa memandang agama, harta benda, atau ciri orang perorang 'pribadi' lainnya." Emansipasi wanita adalah prospek pelepasan wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah, serta pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan maju. Dalam bahasa Arab, istilah ini dikenal dengan tahrir al-marah. Jauh Sebelum mempoklamirkan emansipasi wanita, Islam telah lebih dahulu mengangkat derajat wanita dari masa pencampakan wanita di era jahiliah ke masa kemulaian wanita. Semua sama di hadapan Allah, yang membedakan mereka di hadapan Allah adalah mereka yang paling bertaqwa, taqwa dalam artian menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangnnya. Pemahaman emansipasi wanita yang berkembang saat ini mengatasnamakan Hak Asasi Manusia (HAM), menyerukan bahwa emansipasi wanita adalah menyamakan hak dengan kaum pria, padahal tidak !, semua hak wanita harus disamakan dengan pria. Masalah mulai muncul takkala wanita seolah "mengambil" peran kaum laki-laki di semua ranah pekerjaan. Wanita bekerja sehari semalam di luar rumah bukan hal yang tabu lagi. Sedemikian rupa sehingga saat ini fenomena wanita pekerja boleh jadi mengalahkan pekerja laki-laki. Kondisi ini sesungguhnya merupakan fenomena dimana emansipasi sudah "kebablasan". Wanita yang idealnya mengatur rumah tangga, mendidik anak serta melayani suami, kini banyak beralih peran sebagai kepala keluarga. Dampak sosial-psikologis "tulang rusuk" yang kini menjadi "tulang punggung" mengakibatkan kaum wanitapun terjerumus kedalam budaya "maskulinitas", wanita menjadi "decision maker" di segala lini kehidupan, wanita menjadi pemimpin atas kaum laki-laki, padahal islam mengajarkan lelaki lah yang mestinya menjadi sang Imam.. Lalu dampak apalagi yang ditimbulkan karena berbaliknya makna emansipasi menjadi kebebasan tanpa batas, alias kebablasan ?., ya tengok saja di negeri ini, kejahatan tak melulu dominasi kaum lelaki, bahkan kejahatan kerah putih (white collar crime) akhirnya merangsek kaum wanita !. Budaya korupsi di negeri ini tidak semata didominasi kaum pria. Kaum hawa pun belakangan ini ikut meramaikan perilaku bejat tersebut. Setidaknya ada tujuh wanita negeri ini yang diduga terjerat kasus megakorupsi, ketujuh wanita yang adalah Angelina Sondakh, Nunun Nurbaeti, Miranda Gultom, Wa Ode Nurhayati, Malinda Dee, Mindo Rosalina Manulang, dan Neneng Sri Wahyuni--sebelumnya telah tercatat Arthalyta Suryani alais Ayin yang juga terpidana kasus megakorupsi. Tanpa malu-malu kaum wanita bergelimang dengan kejahatan korupsi, suap, kolusi, kongkalikong bahkan masuk bui sebagaimana halnya penjahat laki-laki !. Kemana makna hakiki kaum hawa yang sejati, mengapa fenomena ini mengelinding terus bak bola salju yang tak pernah berhenti ?, maka inilah jawaban dari peringatan Ilahi agar kita bebenah dan mawas diri, benarkah emansipasi memang sudah bablas tak terperi?, hingga srikandi-srikandi negeri ini tak layak lagi disebut sebagai puteri sejati ?, inikah fenomena yang menurut Widayat wsb disebut sebagai "Habis Gelap Terbitlah Terang,  Kemudian Gelap Lagi "....wallahu a'lam bisshowab...

"Srikandi Negeri Korupsi Masuk Bui--Sebuah lagu Parodi..."

http://www.youtube.com/watch?v=vnVMZxJ43qE

Sebuah Kritikan melalui media sosial  akhir akhir ini banyak dilakukan oleh masyarakat, apalagi mengenai Korupsi, kolusi di negeri ini yang gak habis habisnya. Satu lagi video yang di upload ke youtube berjudul SRIKANDI NEGERI KORUPSI MASUK BUI . Syair kritik sosial dalam video tersebut , menggambarkan soal korupsi yang telah menggurita dimana mana, termasuk tak terkecuali para srikandi /kaum hawa yang mulai berani ikut " berpartisipasi"  sebagai pelaku korupsi. Video berdurasi 3 menit 26 detik , tampak seorang penyanyi menyanyi dengan pakaian ala India ( karena lagu tersebut menyadur dari lagu popular India SAWAN KAMAHINA ). Selain itu, video ini semakin apik ditambahi dengan gambar gambar karikatur lucu sekaligus menarik yang relevan dengan cerita dan perilaku korupsi di negeri ini. Simak lirik lagu SRIKANDI NEGERI KORUPSI MASUK BUI

KOLUSI KORUPSI DI NEGERI INI
KINI TELAH MENJANGKITI SEMUA LINI DAN POSISI
DARI RT, RW, LURAH, CAMAT, BUPATI
ADA GUBERNUR DAN MENTERI SERTA ADA POLITISI
ADA PENGACARA, HAKIM, JAKSA, POLISI
MAKELAR DAN PENGUSAHA SERTA PEGAWAI NEGERI

JUBIR KPK JOHAN BUDI UMUMKAN DI TELEVISI
PARA KORUPTOR NEGERI BANYAK YANG DITANGKAPI
SETELAH DITANGKAPI KEMUDIAN DIADILI
DIMASUKKAN KE BUI TERALI BESI

(Jatiasih 30 Juni 2012)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun