Dalam novel "Running with The Demon", Terry Brooks menceritakan bahwa kiamat tidak terjadi dengan seketika, tapi dengan rentetan kejadian-kejadian kecil yang mengoyak rasa aman rakyat-rakyat biasa. Diceritakan bahwa ada karakter Demon yang mampu membisikkan ke dalam jiwa seseorang dan memanipulasinya, membuatnya membunuh seluruh anak dan istrinya, membuat seorang bunuh diri, menipu orang dengan pujian-pujian, membuat seseorang melakukan hal-hal dipandang aneh. Dia melakukan itu semua untuk perlahan-lahan mengerosi pondasi rasa aman manusia.
Dalam "A Knight of The Word", Terry Brooks menceritakan ada banyak Demon, dan seorang Demon bisa saja berwujud manusia cantik penuh welas asih, tapi perlahan-lahan menjebak orang yang saleh untuk melakukan hal yang tidak dia duga, dan menyeretnya ke dalam jurang kenistaan.
Apabila orang yang saleh sudah jatuh, dan rasa aman sudah hilang, manusia akan kehilangan pegangannya dan akan bertindak hanya sesuai naluri, dan Demon akan dengan mudahnya membuatnya melakukan hal-hal di luar akal.
Dalam seri Genesis of Shannara (Children of Armageddon, Elves of Cintra, dan The Gypsy Morph), Terry Brooks menceritakan bahwa Demon sudah berhasil membawa peradaban manusia ke dalam jurang kiamat dengan perlahan-lahan mengerosi peradaban, meningkatkan paranoia, dan akhirnya berhasil membuat manusia tak segan-segan memencet tombol nuklir.
Saya menceritakan ini bukan karena saya ingin promosi buku-buku Terry Brooks, tapi karena saya sudah muak melihat mengejawantahnya konsep cerita Demon melawan peradaban ini dalam kehidupan sehari-hari Indonesia. Parasit-parasit tanpa malu merampok uang negara dan bergelimang dosa di tempat yang seharusnya terhormat. anak-anak muda melakukan hal-hal yang menjijikkan terang-terangan, menangis karena tidak disukai teman dan menertawakan orang tua mereka. Asa makin pendek, orang bunuh diri makin banyak. Anak-anak kecil saling baku hantam dan bunuh. Demon mengerosi peradaban Indonesia, dan kita diam saja menerima semua itu.
Dalam novel-novelnya, Terry Brooks menyodorkan tokoh John Ross dan Nest Freemark, dua tokoh dengan kekuatan magis yang mampu mendeteksi dan mengalahkan seorang Demon dan mencegahnya meneruskan tingkah lakunya. Dan kita harus bertanya: adakah magis dalam realitas? Sepertinya tidak. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk melawan kerjaan demon-demon yang real menggerogoti peradaban kita?
erry Brooks menawarkan satu konsep yang bagus dalam novelnya yang lain "Sword of Shannara". Di situ ada raja iblis yang begitu perkasa dan tak terkalahkan, tapi akhirnya terkalahkan oleh sebuah pedang yang disodorkan kepadanya oleh seorang manusia lemah.
Pedang itu membuat seseorang melihat kenyataan dirinya sendiri: Sang raja iblis, yang ternyata hanya disokong hidupnya oleh ilusi keberadaan dirinya yang dilihat oleh para pengikutnya, menyadari hal itu, dan akhirnya menghilang sendiri.
Kita harus melihat ke dalam diri kita sendiri dan bertanya: benarkah apa yang selama ini kita lihat sebagai diri kita adalah diri kita? Dosa-dosa apa yang ada dalam diri kita? Mampukah kita menghadapi dosa-dosa itu dan mengalahkannya dengan bertobat?
Lalu setelah itu, mampukah kita melihat dengan jernih apa sebenarnya yang terjadi di negeri ini? Sudikah kita membiarkan para orang-orang yang tak kompeten itu di tetap di atas? Sudikah kita membiarkan proses-proses yang menjadikan mereka di atas dipelihara?
Sudah benarkah kita memelihara lingkungan kita? Apa yang sebenernya kita lakukan untuk lingkungan kita? Numpang lewat atau memberikan sesuatu yang positif dan berharga? Memberikan sesuatu yang real, sesuatu yang memperkuat, dan bukan sekedar ilusi dan omong kosong, yang tidak mampu melawan trik-trik halus para Demon nyata yang telah memperlemah kita semua.