Mohon tunggu...
Eko Prasetyo
Eko Prasetyo Mohon Tunggu... -

Just a Moslem who wants to spread Islam

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Gempa Bumi, Banjir, Minyak Bumi

3 November 2010   02:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:53 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saya bekerja di bidang perminyakan, dan amat sangat mengetahui bahwa sebagian besar minyak yang diproduksi di Indonesia dan dunia de facto adalah HASIL SAMPING dari memproduksi sumur air. Nah lo?

Begini: minyak terbentuk oleh proses-proses tertentu. Selain itu, minyak bumi dapat diproduksikan apabila sumber minyaknya mempunyai tekanan tertentu. Nah selain itu, banyak tempat cadangan minyak bumi yang mempunyai daya pendorong yang diberikan oleh lapisan air. Ceritanya lapisan-lapisan air ini berada di bawah atau di belakang minyak bumi yang diproduksikan dan mempunya tekanan yang tinggi yang diakibatkan oleh tekanan beribu-ribu meter tanah dan batuan yang menekannya. Air ini karena masa jenisnya yang lebih besar dan viskositasnya yang tinggi dan sifatnya yang tidak bersatu dengan minyak akan mendorong minyak ke atas bumi.

Sifat pendorong minyak dari air di lapisan penyimpan minyak ini mempunyai 2 sisi: sisi baik yang memudahkan para operator lapangan minyak untuk memproduksi minyak (karena tekanan dari reservoir sendiri tinggi sehingga tidak susah-susah memompa) dan sisi buruk yang mengharuskan operator memisahkan dan membuang air ini ke laut atau sungai dengan kualitas air buangan yang sesuai standar lingkungan (supaya air tetap bisa mendukung biota air).

Satu sumur minyak bisa memproduksi air sampai 99% (!) dari total produksi hariannya. Sumur yang dibiarkan memproduksi seperti ini biasanya mempunyai produksi diatas 1000 barel per hari. Bayangkan, minimal sumur seperti ini membuang 990 barel air per hari. Bayangkan pula ada RIBUAN sumur seperti ini di Indonesia dan di dunia. Terbayang kan berapa barel (1 barel sekitar 150 liter) air yang DIBUANG setiap hari? Lalu bayangkan pula ada berapa barel volume yang dikosongkan setiap hari di bumi.

Lalu bayangkan bahwa kerak bumi, secara alami, akan menekan rongga kosong tersebut untuk diisi. Gabungan gaya-gaya tekanan ini, apabila dipikir, bisa saja menyebabkan kerak bumi menjadi semakin padat, menimbulkan perubahan penyebaran gaya-gaya tekan dan dorong di dalam bumi, dan pada akhirnya menyebabkan pergerakan lempeng lebih cepat dan BOOM: Gempa bumi.

Itu satu ide tentang kemungkinan penyebab gempa bumi sering terjadi di Indonesia, selain terjadinya pergerakan lempeng kerak bumi yang saling tumpang-tindih.

Lalu pikirkan kembali berapa juta barel air yang terbuang di laut setiap harinya, dan kemana saja larinya air-air tersebut? Apakah air tersebut akan memenuhi lautan, lalu menyebabkan berat air di lautan selalu bertambah, menekan dasar lautan, menekan bumi, menyebabkan perubahan distribusi gaya-gaya di kerak bumi, dan BOOM! Apakah jutaan barel air tersebut, yang dibuang ke laut setiap hari, yang menyebabkan Indonesia semakin sering terkena gempa? Mungkin saja terjadi.

Lalu apakah jutaan barel air tersebut tidak terikut ke dalam siklus air: menguap, membentuk awan, lalu jatuh menjadi hujan, dan menyebabkan curah hujan yang semakin tinggi dan semakin tinggi, menyebabkan perubahan keseimbangan cuaca, sehingga terjadi cuaca yang aneh-aneh? Bisa saja terjadi.

Alam tidak pernah berkeinginan menghukum manusia. Dia hanya bergerak dengan sistemnya yang sudah teratur, dengan hukum-hukum fisika dan matematika yang rumit, saling berkorespondensi, dan belum bisa dinalar manusia sepenuhnya. Manusia lah yang berkemampuan mempengaruhi jalannya sistem alam tersebut dengan kelakuannya. Karena itu lah, mari kita berpikir: apakah perilaku kita yang mempergunakan minyak bumi dengan semena-mena lah yang menyebabkan bencana yang menimpa kita akhir-akhir ini? Mari berintrospeksi diri

.........Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS.Al A'raaf-31)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun