Mohon tunggu...
M. Fauzan Zenrif
M. Fauzan Zenrif Mohon Tunggu... Dosen - Zenrif

Hidup Itu Belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Pesantren Muhammadiyah (Bagian 3)

16 Juli 2019   23:11 Diperbarui: 16 Juli 2019   23:13 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menginjakkan Kaki Pertama Kali di Pesantren Muhammadiyah Tertua di Indonesia

Khusus Perempuan dan Khusus Laki-laki
Khusus Perempuan dan Khusus Laki-laki
Terlepas dari kesan saya tentang gambaran fakta sosial masyarakat Muhammadiyah yang memiliki ikatan sosial yang agak bebas antara perempuan dan laki-laki, saya menemukan fakta yang berbeda di pesantren ini. Sekalipun tidak seketat yang dapat ditemukan di pesantren kalangan nahdliyyin yang salaf, seperti Sidogiri dan Ploso, misalnya, di pesantren ini dipisah antara laki-laki dan perempuan.

Fakta sosial ini mengikis dan meruntuhkan kesan saya sebelum melihat secara langsung di pesantren yang didirikan oleh KH. Abdur Rahman ini.

Mengenal Pendidikan Yai Abdur Rahman (Yai Man)

Masa kecil Yai Abdur Rahman mengikuti pendidikan agama di wilayah Paciran. Sedangkan, pendidikan kepesantrenan dilalui Kyai Abdur Rahman, pertama kali, di Kyai Fattah Tulung Agung, kemudian dilanjutkan ke Lirboyo. Setelah dari Lirboyo, Yai Man melanjutkan ke Pesatren al-Amin di sebelah Timur, Paciran.

"Pada tahun 1948,baru mendirikan Pesantren. Dengan santri pertama dari Gresik. Pada mulanya pesatren ini belun diberi label Muhammadiyah, tetapi berada di bawah PTDI (Perguruan Tinggi Dakwah Islam)."

Namun karena seringnya komunikasi dengan kalangan modernis, begitu menurut Adik Gus Fanani ini, Pesantren kemudian diberi label Muhammadiyah pada sekitat tahun 1956. Tanah dan gedung ini secara resmi diserahkan pada Muhammadiyah pada sekitar tahun 1970an.

Berbeda dengan apa yang disampaikannha, Gus Fanani menjelaskan bahwa awal mulanya bukan PTDI, melanikan Wajib Belajar. 

Sedangkan bagaiman proses Muhammadiyah, Gus Fanani memberikan penjelasan lebih konkrit, yaitu sejak Buyab Hamka menulis buku Tenggelamnya Kapal Van der Wijck.

"Saat Buyah HAMKA berada di Paciran untuk kepedluan penulisan buku Tenggelamnya Kapal Van der Wijck," kata Gus Fanani, "Buyah HAMKA juga melakukan pendidikan agama pada masyarakat Paciran.

Pengaruh pendidikan agama Buyah HAMKA ini, kata Gus Fanani lagi, sangat melekat lada pola keberagamaan masyarakar Paciran, terutama pada masyarakat pedagang di sepanjang jalan daendels.

Terlepas dari perbedaan awal mula pendidian pesantren ini yang pasti Yai Man pertama kali mendirikan pesantren ini dengan tidak berlabel Muhammadiyah. Pesantren ini kini memiliki Gurj sebanyak 233 orang, tenaga kependidikan 647 orang, siswa 3300 orang, dan 1006 santri yang hafal al-Qur'an. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun