Ngusar di Mbah Syeikh Ishak bin Ki Ageng Basyari
Sebelum melakukan perjalanan panjang menyusuri jalur keluarga saya, Dik Ibaz terlebih dahulu saya ajak menyusuri jalur Ummiknya, Dwi Rifiani. Sekalipun saya sangat menyesal karena tanggal 07 Jui 2019 bersamaan dengan waktu kakaknya, Kak Fina Maysaroh Nur Maulidiana, melshirkan anak pertamanya. Jadi, Dik Ibaz hanya saya ajak ke makam Mbah Syeikh Ishaq di Coper. Seharusnya, dia diajak juga ke makam Mbah Syeikh Ki Ageng  Hasan Basyari yang terkenal itu.
Tapi saya cukup bersyukur atas kesempatan yang masih Allah berikan sehingga saya bisa mengenalkan perilaku positif Mbah Syeikh Ishaq, untuk menjadi motivasi padanya agar saat nyantri meniru perilaku-perilaku positif leluhurnya.
Kalau saja Mertua ku, Bapak H. Masduki, tidak pernah bercerita tentang Mbah Ishaq (sering dipanggil Mbah Yai Iskak), maka saya mungkin tak akan pernah bisa bercerita tentang Beliau. Maka cerita ini hanya berdasarkan atas cerita Beliau yang sempat saya konfirmasi pada beberapa orang.
Mbah Yai Iskak tinggal di wilayah Coper Kidul, sekarang bernama Jalan Durian. Wilayah ini dikenal masyarakat sebagai wilayah mbjerron. Istilah ini digunakan oleh masyarakat untuk membedakan antara wilayah keluarga ndalem dengan wilayah keluarga masyarakat umun.
Mbjerron tidak hanya menunjukkan kepada makna "dalam". Term ini memiliki makna bahwa wilayah ini dihuni oleh keluarga sinuwun yang memiliki kedalaman ilmu agama dan kejadogan (kesaktian).
Ciri-ciri rumah di wilayah ini merupakan rumah-rumah besar dengan halaman yang sangat luas. Berbeda dengan kebanyakan rumah di wilayah lain di Coper, rumah di wilayah Mbjerron memiliki ruang tamu yang sangat luas. Hal ini menggambarkan banyaknya tamu, terutama saat hari raya.