Mohon tunggu...
Aditya Veterna
Aditya Veterna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang wiraswasta dan freelancer yang sedang menempuh pendidikan pascasarjana yang saat ini sedang mencoba hal-hal baru dalam dunia penulisan yang terkait dengan tema-tema kemanusiaan dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manusia Silver : Potret Kurangnya Lapangan Pekerjaan atau Sekedar Kemalasan Demi Penghasilan Instan

14 September 2024   15:16 Diperbarui: 14 September 2024   15:33 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : www.instagram.com/infodepok_id

            Setelah diberlakukannya larangan kegiatan manusia silver ini atau yang biasa disebut kegiatan “nyilver” di beberapa kota besar, maka para pelaku nyilver ini sering kali menjadi sasaran razia dan tindakan represif dari aparat penegak hukum, yang melihat mereka sebagai gangguan ketertiban umum. Hal ini merupakan dilema yang bisa menjadi tantangan Etis dan moral cukup rumit bagi pemerintah. Apakah kita seharusnya mengabaikan mereka dan membiarkan mereka melanjutkan tindakan mereka karena itu merupakan cara mereka mencari penghasilan, atau apakah kita seharusnya mengambil tindakan tegas untuk memberantas fenomena ini? Terkadang sebagian dari mereka juga membawa anak-anaknya yang masih dibawah umur yang juga dibaluri cat silver untuk ikut melakukan melakukan kegiatan “nyilver” dan hal ini merupakan tindakan yang sangat tidak pantas dilakukan.

             Seiring dengan maraknya fenomena manusia silver ini, tidak sedikit pelaku kegiatan tersebut membawa anak-anaknya yang masih di bawah umur. Anak-anak di bawah umur berisiko lebih tinggi menderita dampak cat bertimbal. Pada anak, jalur paparan utama terkait dengan perilaku umum anak kecil yang kerap memasukan tangan ke mulut, sehingga debu atau tanah yang tercemar timbal masuk ke pencernaan. Anak lebih mudah menyerap timbal yang tercerna daripada orang dewasa, dan sistem saraf yang masih berkembang pada anak-anak juga amat rawan terpengaruh dampak paparan timbal. Paparan Pb dapat menyebabkan keterbelakangan mental dan termasuk salah satu dari sepuluh penyakit teratas dengan beban kesehatan yang cukup berbahaya pada anak-anak. Hal ini bisa termasuk dalam kategori kegiatan yang mengeksploitasi anak di bawah umur.

             Pendekatan yang terlalu keras yang dilakukan pemerintah seperti razia dan pengusiran, mungkin tampak memberikan solusi jangka pendek, tetapi hal ini hanya memindahkan masalah tanpa benar-benar menyelesaikannya. Di sisi lain, membiarkan manusia silver beroperasi tanpa intervensi juga tidak etis, apalagi dengan mengikutsertakan anak-anaknya dalam melakukan kegiatan ini. Selain bisa masuk ke dalam kategori eksploitasi anak, hal ini sama saja dengan membiarkan mereka terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang tak berkesudahan. Pendekatan yang lebih manusiawi dan komprehensif diperlukan, yang melibatkan pemberdayaan ekonomi, pendidikan, dan rehabilitasi sosial untuk mereka yang terjerumus dalam situasi ini.

              Fenomena manusia silver bukanlah masalah yang bisa diabaikan atau diselesaikan dengan solusi sederhana. Hal ini adalah cerminan dari masalah yang lebih besar dari ketimpangan sosial dan ekonomi yang terus bertahan di tengah pertumbuhan ekonomi yang tidak merata. Fenomena ini pengingat bahwa masih banyak yang perlu dilakukan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan merata, di mana semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk hidup layak. Pemerintah perlu memperkuat program-program sosial yang ada, memastikan bahwa bantuan benar-benar sampai ke tangan mereka yang paling membutuhkan. Program penyediaan lapangan kerja yang inklusif dan layak bagi semua lapisan masyarakat pun, harus benar-benar dilakukan secara intensif oleh pemerintah, serta memberikan edukasi kepada pelaku “nyilver” untuk menumbuhkan minat mereka bekerja secara formal dan perlahan-lahan meninggalkan kegiatan “nyilver” tersebut.

KESIMPULAN :

Kegiatan mengemis dengan berdandan sebagai manusia siver merupakan hal yang kurang layak dilakukan, karena hal ini dilakukan semata-mata agar bisa mendapat uang dengan cepat, namun dengan mengorbankan tubuhnya yang dibalur dengan bahan kimia. Beberapa dari mereka melakukan kegiatan ini karena kadang malas bekerja secara formal pada lapangan pekerjaan yang tersedia dimana lapangan pekerjaan tersebut hanya sedikit, dan mengharuskan memenuhi persyaratan yang berbelit-belit dan terikat dengan tanggung jawab pekerjaan setiap harinya. Lain halnya dengan kegitan “nyilver” ini yang bisa dilakukan sesuka hati dan bisa mendapatkan pundi-pundi uang secara instan. Namun kegiatan ini tentunya melanggar beberapa nilai-nilai budi luhur seperti eksploitasi anak di bawah umur dan pengorbanan kesehatan tubuh, baik pelakunya maupun orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam mengatasi fenomena ini tentunya sangat penting, yaitu dengan menyediakan banyak lapangan pekerjaan yang layak dan juga mengedukasi masyarakat tentang bahayanya kegiatan ini.

REFERENSI :

Ahmad Irfandi, Erna Veronika, and Veza Azteria. (2021) ‘Karakteristik dan keluhan kesehatan manusia silver di jabodetabek tahun 2021’, Student Journal of Universitas Esa Unggul, 2(1), pp. 116. Available at: https://digilib.esaunggul.ac.id/karakteristik-dan-keluhan-kesehatan-manusia-silver-di-jabodetabek-tahun-2021-25845.html

Yimthiang, S., Waeyang, D. and Kuraeiad, S. (2019) ‘Risk Factors among Thai Children Residing’, Toxics. doi: https://doi.org/10.3390/toxics7040054.

Wani, A. L., Ara, A. and Usmani, J. A. (2015) ‘Lead toxicity: A review’, Interdisciplinary Toxicology, 8(2), pp. 55–64. doi: 10.1515/intox-2015-0009.

https://news.detik.com/berita/d-5742122/sejarah-manusia-silver-bermula-dari-kedok-sumbangan-untuk-anak-yatim

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun