Mohon tunggu...
zenno marzoka
zenno marzoka Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

nama :zenno marzoka umur :19 tahun

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

AFTA 2015

29 Maret 2014   09:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:19 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

PERAN USAHA KECIL MENENGAH ( UKM )DALAM UPAYA MENGHAPUS PERILAKU KONSUMTIF JELANG AFTA 2015
ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya.AFTA dibentuk pada waktu Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992.Awalnya AFTA ditargetkan akan dicapai dalam waktu 15 tahun (1993-2008) namun teryata dipercepat menjadi tahun 2003,dan terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002.
Skema Common Effective Preferential Tariffs for ASEAN Free Trade Area (CEPT-ASEAN) merupakan suatu skema untuk mewujudkan AFTA melalui penurunan tarif hingga menjadi 0,5%,penghapusan pembatasan kwantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainya.perkembangan terakhir terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk bagi Brunei Darusalam pada tahun 2010,Indonesia,Malaysia,Philippines.Cambodia,Laos,Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015.
Penjelasan diatas hanya sedikit gambaran tentang AFTA yang akan terealisasi tahun 2015 mendatang.Indonesia memang dikenal sebagai negara yang kaya akan budaya,memiliki lebih dari 1300 suku dan lebih dari 500 bahasa yang tersebar di lebih dari 17000 pulaunya.Namun,seiring dengan semakin majunya teknologi dunia di ikuti pengaruh globalisasi,ada hal baru yang menjadi budaya bangsa ini yaitu konsumerisme,suatu budaya yang menurut saya sangat berbahaya bagi negeri ini dalam menhadapi persainagan di tahun 2015 mendatang.Karena prilaku konsumtif menggambarkan ketidakmandirian suatu negara.Mungkin Indonesia masih tergolong negara yang kuat jika hanya bersaing di tingkat ASEAN yang umumnya merupakan negara-negara berkembang.Namun,jika tidak dipersiapkan dengan matang sangat mungkin Indonesia akan kalah bersaing apalagi dengan negara maju seperti Singapura.
Di Indonesia pemerataan pendapatan masih belum tercapai,begitu juga dengan tingkat kemiskinan yang masih harus diperhatikan.Hal ini memicu adanya fenomena yang terjadi di kalangan masyarakat Indonesia menengah kebawah bahwa harga merupakan hal utama yang dipertimbangkan dalam membeli sebuah produk.Sebagaimana kita ketahui,saat ini produk-produk China sangat laku dipasaran karena harganya yang terjangkau bagi masyarakat ekonomi menengah kebawah yang membuat kebanyakan produk lokal kalah bersaing.Jadi,tantangan pertama agar konsumerisme dinegeri ini teratasi adalah bersaing dalam harga jika ingin produk dalam negeri dipilih masyarakat pribumi bahkan di negara-negaraASEAN.Untuk menjawab tantangan ini tentu berhubungan erat dengan indikator Human Development Index (HDI),karena HDI yang baik akan berbanding lurus dengan tingkat keberhasilan dalam persaingan.Jika kita perhatikan indikator Human Development Index (HDI), Indonesia masih sangat memprihatinkan, pada tahun 2002 nilainya 0,684 berada pada rangking 110. Pada tahun 2003 HDI Indoneia semakin memburuk menduduki peringkat 112 di bawah Vietnam (109), Thailand (74) dan Brunei Darusalam (31), Korea (30), dan Singapura (28). Selanjutnya pada tahun 2004 dan 2005 HDI Indonesia secara berturut-turut berada pada peringkat 111 dan 110. Menurut “The 2006 Global Economic Forum of Global Competiveness Index (GCI)” yang di-release World Economic Forum (WEF), daya saing global Indonesia kini berada pada poisi yang terpuruk.Ini merupakan hal penting yang harus dipersiapkan sejak dini.
Persaingan yang akan dihadapi dari terwujudnya AFTA pada tahun2015 ini pada dasarnya merupakan tantangan berat bagi Usaha Kecil Menengah (UKM).Di Indonesia tercatat terdapat 55,2 juta Usaha Kecil Menengah yang saat ini mewakili 90% bisnis di Indonesia dan memberikan kontribusi 57% pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,dan tentunya banyak menyerap tenaga kerja.Peran pemerintah sangat penting agar memberikan support yang lebih intensif lagi.Karena,jika 55,2 juta UKM ini kalah bersaing kontribusinya terhadap PDB otomatis akan turun dan kemungkinan besar jutaan pengangguran akan lahir di negeri ini.Tidak hanya itu,jika UKM gagal bersaing produk-produk asing akan mendominasi yang artinya cerminan kemandirian negara semakin luntur karena prilaku konsumptif di negeri ini semakin meningkat.Namun,jika UKM mampu bersaing di AFTA 2015 nanti maka tidak menutup keungkinan pengangguran di negeri ini semakin berkurang,kontribusi mereka terhadap PDB Indonesia semakin meningkat dan tentunnya prilaku konsumptif masyarakat kita akan semakin luntur dan hilang.
Jadi,meningkat atau menurunya konsumerisme di Indonesia sangat bergantung pada Usaha Kecil Menengah,jika UKM mampu bersaing maka budaya konsumtif akan turun dan sebaliknya jika UKM tidak mampu bersaing maka prilaku konsumtif yang sudah membudaya ini akan semakin meningkat yang artinya akan melahirkan ketergantungan dengan negara lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun