Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah Pengaganti Undang-Undang (PERPPU) beberapa saat lalu sepakat untuk menunda pelaksanaan pemilihan umum (pemilu). Komisi Pemilihan Umum (KPU) memberikan pengumuman resmi bahwa akibat Pandemi yang terjadi pada skala nasional, harus membuat pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak di beberapa daerah di Indonesia harus ditunda. Penundaan ini bukan hanya membuat perubahan pada situasi menjelang pilkada serentak, namun juga sedikit banyak pada perilaku pemilih di Indonesia.
Seperti kita ketahui bersama tidak sedikit masyarakat awam yang tergerak hatinya untuk membantu sesama warga negara selama Pandemi Covid-19. Selain bantuan pemerintah, banyak orang yang tergolong mampu secara finansial turut membantu sesama melalui berbagai jenis bantuan. Ada yang menghimpun dana, donasi sukarela, bahkan memberikan bantuan sembako di jalanan kepada mereka yang kurang beruntung ekonominya sebagai dampak dari penyebaran masif virus Corona.
Tindakan ini dilakukan bukan hanya mereka yang dikenal sebagai publik figur seperti apa yang kerap kali viral layaknya Baim Wong dan artis lainnya lakukan. Namun juga kaum awam bukan dari kalangan selebritis yang sering terekam netizen sedang membagikan bantuan kepada masyarakat lain di jalanan. Termasuk pula mereka yang mungkin mencalonkan diri sebagai calon pemimpin di daerah tertentu.
Pandemi: Momentum merebut hati pemilih
Hari ini kita bisa menyaksikan bersama bagaimana bantuan sosial masyarakat diberikan secara cuma-cuma oleh beberapa calon pemimpin daerah. Kebanyakan di antaranya adalah memberikan bantuan sembako serta memberikan masker pelindung wajah. Sebagian lagi juga ikut terlibat langsung dalam kegiatan meng-edukasi masyarakat tentang pencegahan dan bahaya Covid-19.
Terlepas dari niat yang tulus atau tidak perihal bantuan yang diberikan, namun yang pasti bantuan tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan. Situasi ini tentu bisa dimanfaatkan sebagai momentum penting dalam membangun citra calon pemimpin daerah dalam merebut hati pemilih. Baik dalam membangun citra, sekaligus pula sebagai jembatan yang mendekatkan calon pemimpin kepada masyarakat yang akan dipimpinnya.
Menariknya lagi, Pandemi saat ini sedikit banyak membuat atensi masyarakat lebih dominan memandang tindakan tersebut sebagai sebuah panggilan kemanusiaan. Sebab percaya atau tidak apabila tindakan ini terjadi bukan pada saat Pandemi, cara pandang masyarakat tentu akan berbeda dalam menyikapi pemberian bantuan tersebut. Tidak menutup kemungkinan banyak masyarakat yang akan memandang tindakan itu adalah sebuah bantuan yang sarat akan kepentingan politik.Â
Sikap philantropi ini bisa dikatakan ibarat kata pepatah orang Toba "sahali tembak dua hona" yang berarti "sekali tembak dua target kena". Pada sisi kemanusiaan bantuan tersebut mungkin tepat sasaran, demikian pula pada proses membangun citra si calon. Sehingga Pandemi ini bisa dikatakan menjadi momen membangun citra diri, sekaligus juga menabung pahala.
Psikologi pemilih setelah Pandemi