Jagat pariwisata nasional tentu akan heboh luar biasa apabila judul di atas menjadi nyata. Tentu tidak satupun di antara kita warga Indonesia yang ingin hal itu terjadi. Bila Danau Toba dikepung Virus Corona, bukan hanya berpengaruh pada sektor pariwisata, namun juga pada cara pandang dunia internasional terhadap Indonesia.
Virus Corona menjadi momok yang menakutkan sejak awal tahun 2020. Virus “Covid-19” ini menjadi viral sejak mewabah secara massal di daerah Wuhan, Tiongkok sejak Januari silam. Terutama sejak merenggut ratusan nyawa hanya dalam kurun waktu dua pekan, sejak kehadirannya.
Penularannya yang masif juga berpengaruh pada dunia internasional. Berdasarkan data “John Hopkins University” pada 29 Februari 2020 tercatat; 79.250 orang di Tiongkok, 2.931 orang di Korea Selatan, 889 orang Italia, 388 orang Iran, 228 orang Jepang, 94 orang Hong Kong, 41 orang Thailand, 23 orang Malaysia, 16 orang Vietnam, 3 orang Philippina, 1 orang Kamboja, 1 orang Sri Lanka, dan berbagai negara lainnya di dunia. Hingga negara adidaya seperti Amerika Serikat juga tidak lolos dari terjangan virus ini. Terdapat 63 jiwa di Amerika yang juga terjangkiti virus ini.
Di Indonesia sudah terdapat enam orang yang katanya positif mengidap virus Covid-19 ini. Dua dari enam pasien ini sedang dikarantina di RS daerah Jakarta Utara. Hal ini tentu tidak lepas dari situasi negara yang sampai saat ini belum menunjukkan sikap serius dalam menanggapi keberadaan wabah tersebut.
Kedua pasien tersebut disinyalir terjangkit Corona, setelah dikunjungi oleh temannya yang ber-kebangsaan Jepang. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa pasien tersebut mengidap Corona ditularkan oleh teman yang ber-kebangsaan Jepang tersebut. Parahnya lagi kedua pasien ini merupakan ibu dan anak.
Pemerintah Arab Saudi selaku pemilik wilayah tujuan Umroh Haji sudah menutup akses ke negaranya sejak kemunculan virus ini. Sementara pemerintah Indonesia belum menunjukkan keseriusan dalam menyikapinya. Sikap tersebut terlihat jelas saat negara lain sudah melakukan berbagai upaya pencegahan merebaknya virus tersebut, pemerintah Indonesia malah semakin getol mengupayakan influencer dan juga melakukan promosi Indonesia sebagai destinasi pariwisata nasional.
Secara keseluruhan bukan hanya Indonesia yang mengalami penurunan angka wisatawan sejak merebaknya wabah ini. Namun juga terjadi secara global. Ajang balap sepeda motor bergengsi Moto GP sekalipun, bahkan ditunda penyelenggaraannya atas alasan mencegah penularan Covid-19 ini.
Sampai saat ini dunia internasional belum juga menemukan alat pendeteksi Corona yang mumpuni. Sehingga keberadaan warga Jepang yang datang ke Indonesia tersebut lolos dari pengawasan pemerintah saat akan masuk ke Indonesia. Atas dasar ini pula harusnya pemerintah Indonesia menjadi lebih waspada dalam mengontrol arus wisatawan yang masuk ataupun keluar dari Indonesia. Pemerintah dituntut tegas dalam hal ini untuk berani mengambil sikap demi menjaga keselamatan seluruh warga negara.
Ketegasan tersebut bukan pula harus serta merta menutup akses keseluruhan terhadap warga asing. Namun setidaknya ada pengawasan ketat, atau (bila perlu) memberikan larangan bepergian "travel warning" untuk wisatawan asing dari negara-negara tertentu. Dengan kata lain, bukan berarti isu pariwisata menjadi tidak penting. Namun untuk sekarang prioritas utama adalah kesehatan warga negara secara nasional.
Keberadaan pasien dua orang positif Corona di Indonesia hari ini tentu harus menjadi pelajaran bagi semua warga negara. Sebab selama ini Indonesia masih masuk dalam kategori negara bebas Corona. Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa Indonesia bisa menjadi destinasi wisatawan dari berbagai negara untuk mengungsi sementara atas alasan kesehatan.
Tentu saja hal ini baik bagi industri pariwisata. Namun di sisi lain juga bisa menjadi malapetaka bila siapa saja yang masuk dan keluar dari Indonesia tidak diberikan pengawasan yang ketat oleh pemerintah. Dengan arti lain dugaan Indonesia bebas dari Corona hari ini memang menjadi magnet baru bagi orang asing untuk datang. Tapi apakah demi pendapatan yang besar tersebut kita harus mempertaruhkan kesehatan warga negara?