Mohon tunggu...
Nurzen Maulana
Nurzen Maulana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang agronomist

Seorang agronomis yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Pertanian Berkelanjutan dan Pengurangan Emisi Karbon

28 Januari 2025   11:10 Diperbarui: 28 Januari 2025   11:06 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pabrik Batu Bata Bersejarah Di Holzminden, Jerman oleh Wolfgang Weiser dari pexels.com

Perubahan iklim merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia saat ini. Salah satu penyebab utama dari perubahan iklim adalah emisi gas rumah kaca (GRK), di mana sektor pertanian berkontribusi signifikan terhadap masalah ini. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), sektor pertanian bertanggung jawab atas sekitar 14% dari total emisi GRK global (FAO, 2019). Oleh karena itu, penting untuk memahami peran pertanian dalam perubahan iklim, praktik pertanian yang dapat mengurangi jejak karbon, serta kebijakan pemerintah yang mendukung pertanian berkelanjutan dan pengurangan emisi. Dalam tulisan ini, akan dibahas secara mendalam mengenai ketiga aspek tersebut.

Peran Pertanian dalam Perubahan Iklim

Pertanian berkontribusi terhadap perubahan iklim melalui beberapa cara, termasuk emisi metana dari peternakan, nitrous oxide dari penggunaan pupuk nitrogen, dan deforestasi untuk perluasan lahan pertanian. Menurut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), emisi metana dari peternakan menyumbang sekitar 44% dari total emisi GRK sektor pertanian (IPCC, 2014). Metana memiliki potensi pemanasan global yang jauh lebih besar dibandingkan dengan karbon dioksida, sehingga dampaknya terhadap perubahan iklim sangat signifikan. Selain itu, penggunaan pupuk kimia yang berlebihan juga menyebabkan emisi nitrous oxide, gas yang memiliki potensi pemanasan global 298 kali lebih besar daripada karbon dioksida (IPCC, 2014).

Deforestasi juga merupakan masalah serius yang terkait dengan pertanian. Menurut Global Forest Watch, sekitar 10 juta hektar hutan hilang setiap tahun, sebagian besar disebabkan oleh pembukaan lahan untuk pertanian (Global Forest Watch, 2021). Hal ini tidak hanya meningkatkan emisi karbon dioksida tetapi juga mengurangi kemampuan bumi untuk menyerap CO2, sehingga memperburuk perubahan iklim. Oleh karena itu, memahami dampak pertanian terhadap perubahan iklim sangat penting untuk mengembangkan strategi mitigasi yang efektif.

Praktik Pertanian yang Dapat Mengurangi Jejak Karbon

Ada berbagai praktik pertanian yang dapat mengurangi jejak karbon, salah satunya adalah pertanian organik. Pertanian organik tidak hanya mengurangi penggunaan pupuk kimia tetapi juga meningkatkan kesehatan tanah, yang berkontribusi pada penyerapan karbon. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rodale Institute, pertanian organik dapat menyimpan hingga 30% lebih banyak karbon di tanah dibandingkan dengan pertanian konvensional (Rodale Institute, 2014).

Praktik lain yang efektif adalah agroforestry, yaitu sistem pertanian yang mengintegrasikan pohon dengan tanaman pertanian. Agroforestry dapat meningkatkan penyerapan karbon, meningkatkan keanekaragaman hayati, dan memperbaiki kualitas tanah. Penelitian menunjukkan bahwa sistem agroforestry dapat menyimpan hingga 50 ton karbon per hektar per tahun (Nair, 2011). Contoh sukses dari praktik ini dapat dilihat di Brasil, di mana petani telah mengadopsi sistem agroforestry untuk mengatasi masalah deforestasi sambil meningkatkan produktivitas pertanian.

Selain itu, pengelolaan limbah pertanian juga dapat berkontribusi pada pengurangan emisi. Dengan mengolah limbah pertanian menjadi kompos atau biogas, petani dapat mengurangi emisi metana yang dihasilkan dari pembusukan limbah di tempat pembuangan akhir. Menurut FAO, pengelolaan limbah pertanian yang baik dapat mengurangi emisi GRK hingga 20% (FAO, 2019).

Kebijakan Pemerintah yang Mendukung Pertanian Berkelanjutan dan Pengurangan Emisi

Pemerintah memiliki peran penting dalam mendorong praktik pertanian berkelanjutan melalui kebijakan yang mendukung. Beberapa negara telah mengimplementasikan program insentif bagi petani yang menerapkan praktik pertanian berkelanjutan. Misalnya, di Uni Eropa, program Common Agricultural Policy (CAP) memberikan subsidi kepada petani yang mengadopsi praktik ramah lingkungan dan berkelanjutan (European Commission, 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun