INGAT Â UNTUK Â TIDAK LUPA
INGAT ! INGAT ! INGAT !
Goresan pena dan tindakan akan  tertoreh dikertas Sejarah, yang tak mungkin bisa dihapus begitu saja, SEJARAH KEHIDUPAN akan terus menuntut keadilannya sampai akhir zaman.
Berita yang wajar samasekali tidak mengejutkan, sejak SDA berjalan sendirian dengan mengatas namakan Partai, walaupun sebagai Ketua partai, namun sesungguhnya semua mesti didasari oleh landasan hukum yang ada yang termaktub didalam AD/ART serta keputusan2 penting Organisasi.
Hadir pada kampanye Partai Gerindra merupakan gerakan yang lancang dan terkesan percaya diri dengan apa yang dia miliki, serasa sudah menggenggam PPP terkendali dibawah telapak tangannya, namun apa lacur mengundang kontroversi dan memperkeruh soliditas PPP sebagai Partai yang cukup memiliki suara dan pengaruh.
Pola Kekuasaan yang di genggam oleh SDA sebagai ketua Partai, jelas mulai menemui jalan berliku dan hambatan yang tidak mudah dia lalui, Kader Partai kiriman yang menggusur Ketua lama, menyisakan kegeraman sementara anggota Partai yang termarginalkan.
Kesewenang wenangan SDA terlihat jelas dengan gerakan yang terkesan atas inisiatip dan kehendak sendiri, seolah Partai PPP adalah milik pribadi yang sudah takluk dihadapan dirinya, bermodalkan kedekatannya dengan penguasa waktu itu, sekaligus menyingkirkan kader2 lawan politiknya.
Kembali lagi kepada Elite penguasa Partai PPP seperti ini, juga terpola disemua partai2, PKB dengan Muhaimin Iskandar, PDI dengan Taufik Kiemas, PAN dengan Hatta Rajasa, Gerindra dengan Prabowo, Hanura dengan HT, PKS dengan Luthfi, Golkar dengan ARB, Partai Demokrat dibawah SBY, merupakan pola yang terbentuk, seiring dengan diterapkannya Pola Koalisi Partai2 dibawah pimpinan Partai Demokrat.
Ketua partai dan penguasa elite politik, yang dianggap mampu mendatangkan opportunity dalam partai merupakan gejala yang merupakan indikasi adanya money Politics dan jaringan konspirasi lintas partai dengan di legitimasi oleh Koalisi partai.
Penguasa dan kelompok elite politik masing2 partai, menjadi penguasa yang menguasai serta mengendalikan seluruh gerakan dan kegiatan partai, walaupun tidak melalui saluran2 dan landasan aturan dan hukum internal yang berlaku, hanya didasarkan atas kepentingan partai cq kepentingan uang dan opportunity, yang jelas meninggalkan goresan dan catatan buram perjalanan partai partai yang teridap oleh penyakit itu.
Marginalisasi kader merupakan konsekwensi logis dari eksklusivisme elite politik penguasa yang hanya didominasi oleh kelompok dan golongan tertentu saja. Penyingkiran kader kader partai yang berada diluar kebijakan dan perilaku penguasa tentu akan mengalami penggusuran secara systematis, nota bene adalah kader2 partai2 yang memiliki idealisme menjalankan system kepartaian murni dan konsekwen.