Memang susah untuk berubah, sekalipun itu akan baik jadinya atau lebih baik dari yang sudah ada, namun sifat manusia yang sudah nyaman di posisinya akan cenderung mempertahankan kenyamanannya, sehingga mati matian untuk mempertahankan posisinya.
Tidak peduli apa yang digambarkan dan juga yang diperhitungkan dengan detil dan rumit, sehingga se kecil kecilnya, tetap saja kenyamanan yang dirasakan tidak dengan mudah begitu saja dilepaskan, begitu banyak pertimbangan dan syarat serta rukun yang diajukannya.
Apalagi posisi yang diperoleh karena keadaan yang tidak sewajarnya, kondisi yang tidak transparan dan pat gulipat, menjadi latar belakang diperolehnya posisi nikmat itu, dengan sedikit kerja dan prestasi tak memperhitungkan prestasi dan kritikan dari masyarakat, namun entah bagaimana memiliki kesempatan luas memperjuangkan kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Begitulah kira kira yang menjadi latar belakang PSSI, yang kini sedang menjalani perubahan, sesuai dengan permintaan semua pihak yang konsen kepada sepakbola dan prestasinya.Â
Kerelaan Pemerintah cq Menpora mencabut pembekuan Organisasi PSSI, karena sudah demikian menyimpang dari koridor kebangsaannya, sehingga seolah PSSI berdiri sendiri tanpa menghiraukan kedudukannya sebagai bahagian integral Bangsa Indonesia.
Dengan santai dan keras, terus berusaha mempertahankan posisi Independensi yang keblinger, yang selama ini telah menina bobokkan mereka dalam menjalankan kepentingan pribadi dan golongannya, sekaligus mengabaikan kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara.
Independensi yang diartikan lepas dari Kebangsaan dan masyarakatnya, jelas adalah suatu kesadaran yang menyimpang dari aturan dan hukum yang ada, baik secara International maupun Nasional, namun begitulah yang ada, sehingga membangun tembok pertahanan yang sangat kuat, yang dikiranya optimis bisa mereka pertahankan, namun ternyata dengan pembekuan Pemerintah, telah membuka mata mereka, bahwa optimisme pertahanan mereka terbukti bobol oleh Kepentingan Negara dan kekuasaan Negara.
FIFA dengan jelas tetap berjalan diatas rel independensi Olahraga, namun tidak bisa meninggalkan keberadaan Negara asal dari federasinya. Hanya Federasi yang eksis dan direstui Negaranya lah yang diterima sebagai anggota, tanpa endorsement Negara cq Pemerintah,maka FIFA dengan tegas akan membekukannya.
Eksistensi aturan dan hukum yang berlaku di Indonesia adalah ketentuan yang harus di akui dan ditaati, sehingga perkembangan sepakbola akan sinkron dengan arahan pembangunan negaranya, dalam hal ini NKRI.
Reformasi PSSI tidak hanya sekedar ganti orang dan ganti baju, namun lebih dari itu, harus berani melangkah dan beranjak dari posisi yang nyaman, berani hengkang dari posisi lama, berjuang mencapai posisi yang baru sebagai bahagian integral dari Negara cq Pemerintah RI.
Oleh sebab itulah perlu pandangan baru dan orang orang baru yang tidak terbebani masa lalu dan posisinya, yang mau tidak mau suka tidak suka akan menghambat proses perubahan itu sendiri.Â