Tidak ada masalah yang tak bisa diselesaikan, semua pasti bisa diselesaikan asal semua pihak memiliki kemauan untuk menyelesaikannya, Begitu Sepakbola Nasional dan pembenahan yang dikehendaki oleh semua pihak, agar segera berbenah diri memperbaiki kesalahan masa lalu untuk meraih masa depan yang gemilang.
Pembekuan PSSI adalah awal pemberlakuan ketegasan Pemerintah dalam menjalankan program perbaikannya, karema dari sanalah sebenarnya kerusakan tata kelola sepakbola selama ini, terbukti setidaknya sejak dibekukan, sudah tidak ada lagi terdengar pertikaian dan korban jatuh dari kalangan sepakbola.
Kemauan yang begitu serius ternyata benar benar dikehendaki oleh Presiden Jokowi melalui Menpora Imam Nahrawi, bombardir pihak pihak pegiat dan pengurus PSSI yang terbekukan walau dengan segala cara dari segala arah masih tetap tidak merubah sedikitpun posisi Pemerintah sebagai perombak tata kelola sepakbola nasional, dengan maupun tidak dengan FIFA.
Upaya menggalang komunikasi kepada FIFA tentu terus dilakukan dengan tetap konsisten membawa misi pembenahan sepakbola secara total, menghilangkan segala ekses negatip yang terjadi selama ini, termasuk pengaturan2 skor dan perjudian disekitar pelaksanaan kompetisi sepakbola.
Tim Adhoc yang disponsori FIFA hingga kini masih lumpunh tak bisa membuahkan sedikit hasil apapun yang mengarah kepada perbaikan tata kelola yang dikehendaki masyarakat, terindikasi bercokolnya orang orang dan pengurus lama yang termasuk bahagian yang terbekukan itu, bagaimana mungkin bisa melaksanakan perbaikan sementara mereka  adalah bahagian yang diperbaiki itu.
APPI yang sejak dahulu tidak pernah memperoleh tempat layak didalam tata kelola sepakbola Indonesia, disingkirkan dan dimarginalkan oleh Pengurus PSSI, adalah bukti nyata ketidak mampuan mereka dalam menjalankan tata kelola sepakbola yang baik, bahkan lebih parah lagi justru mendirikan asosiasi pemain tandingan yang akhirnya tidak memmperoleh sambutan sama sekali.
APPI adalah asosiasi pemain yang diakui oleh FIFA sebagai bahagian Fifpro yang memang merupakan asosiasi pemain yang resmi diakui oleh FIFA. Namun dengan sangat arogan mereka tak mengakuinya, sehingga terjadi banyak penyimpangan dan pelanggaran terhadap pemain, karena perlindungan APPI tidak pernah diakui.
Kini APPI semakin menunjukkan posisi dan perannya dalam percaturan sepakboila nasional, nasib mereka sudah tidak lagi semata mata tergantung ditangan Pengurus Klub, yang telah gagal memberikan kenyamanan dan perlindungan keamanan dan kesejahteraan kepada pemain pemainnya, justru ancaman pemecatan dan tindakan sewenang wenang yang seringkali mereka terima.
Menyedihkan memang namun itulah kejadian sebenarnya yang ada, yang jelas jelas terpampang di halaman suraty kabar selama ini, tunggakan gaji, pemotongan gaji, pemotongan hak hak lain yang seharusnya mereka nikmati, serta pemaksaan terhadap pengaturan pertandingan, serta pengungkungan atas karier dan kebebasan pemain dalam mnejalankan profesinya.
Yang paling parah adalah peristiwa terlantarnya beberapa pemain hingga menemui ajalnya, penelantaran kehidupan adalah pelanggaran hak yang berat apabila mengikuti aturan hukum yang ada dan berlaku di indonesia.
Ketiadaan kegiatan sepakbola menjadikan pemain tak bisa menjalankan kegiatan dan profesinya, sebagai tulang punggung memperoleh pendapatan dan penghasilan untuk kehidupan diri dan keluarganya. setiap hari dan sen yang diperoleh hanya bisa digunakan untuk kebutuhan yang jauh dari kemewahan sebagai pemain sepakbola yang memiliki penggemar dan perngagum yang begitu banyak.Â