Mohon tunggu...
Zen Muttaqin
Zen Muttaqin Mohon Tunggu... wiraswasta -

AKU BUKAN APA-APA DAN BUKAN SIAPA-SIAPA. HANYA INSAN YANG TERAMANAHKAN, YANG INGIN MENGHIDUPKAN MATINYA KEHIDUPAN MELALUI TULISAN-TULISAN SEDERHANA.HASIL DARI UNGKAPAN PERASAAN DAN HATI SERTA PIKIRAN. YANG KADANG TERLINTAS DAN MENGUSIK KESADARAN. SEMOGA BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

NKRI Harga Mati

5 Maret 2014   23:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:12 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1394011197546020653

sumberfoto,riderantimabox.wordpress.com

Memahami politik di Indonesia memang susah, dari sejak semula saat adanya manusia di Indonesia dan itu dimulai sejak zaman baheula, atau zaman dahulu kala.

Kondisi dan situasi Nusantara atau Indonesia dari sabang hingga merauke tidak pernah mengalamizaman establishm, hal itu menandakan bahwa memang dinamika kepentingan yang ada di Nusantara atau Indonesia sangatlah beragam serta memiliki frekuensi perubahan yang intens.

Oleh Karena itulah, Bangsa Indonesia dari sabang hingga meraukae memiliki gerak kepentingan yang sangat dinamis, sedemikian sehingga tak ada satu kebudayaan dan peradaban manapun didunia ini, yang murni dan masih eksis di Indonesia.

Kalau toh mampu beradaptasi, sudah jauh dari akar budaya dan poerdaban asalnya, sungguh sangat mengherankan tidak ada satupun peradaban dan kebudayaan dari bangsa di seluruh Dunia yang eksis dan mendominasi kehidupan peradaban dan kebudayaan bangsa Indonesia.

Tentu kepentingan yang terfraksi di kalangan masyarakat juga mengalami perubahan yang sangat cepat, dan sangat dinamis, dari satu nilai berubah menjadi nilai lain yang teradaptasi.

Kebudayaan apapun yang datang dari manapun, pasti akan mengalami penyesuaian dan mengalami degradasi dari nilai2 asalnya, yang harus dan mesti berubah mengikuti dan tunduk terhadap nilai2 dan kebudayaan bangsa Indonesia.

Ilmu pengetahuan dan segala macam bentuk tekhnology juga mengalami penyimpangan dari yang seharusnya menurut asalnya, contoh yang paling mudah untuk dirasakan adalah, dinamika Politik yang begitu kental penyimpangannya, sedemikian sehingga jauh dari esensi asalnya.

Demokrasi menjadi sangat berbeda yang tak sama dengan demokrasi yang dilahirkan oleh kebudayaan asalnya, demokrasi disini menjadi demokrasi yang menyimpang, malah kecenderungannya terjadi pengartian yang sangat bertentangan.

Demokrasi yang kemudian berkembang, malah melahirkan Korupsi berjamaah, yang dengan santainya hidup dan berseliweran didepan mata seluruh rakyat yang hanya bisa terpana dan seolah mengiyakan. Adalah contoh penyimpangan yang luar biasa bertentangan dengan tujuan demokrasi itu sendiri.

Keterbukaan menjadi buka bukaan, kesetaraan menjadi tanpa aturan, peraturan menjadi penindasan, Hukum menjadi hukuman, Pajak menjadi pungutan dan pemalakan, p[olitik menjadi jual beli suara dan tumbuhnya premanisme.

Kesetaraan kemudian melahirkan persepsi, bahwa Penjahat bandit koruptor juga sama kedudukannya dengan rakyat yang baik, seolah maling bromocorah hidup bersama  berdampingan dengan dan didalam masyarakat, dan itu sah sah saja dalam alam kebebasan.

Fenomena yang demikian tentu menjadikan kita gamang dan bertanya tanya, benarkan hidup dan kehidupan, serta penataan pergaulan kita sudah benar dan sesuai dengan cita cita kita sebagai bangsa yang beradab?

Apa salahnya kebudayaan yang mampir dan berasimilasi kedalam kebudayaan dan membentuk peradaban kita terfraksi dan tersimpangkan oleh kita sendiri, yang akhirnya hanya akan melahirkan kebudayaan dan peradaban yang tak sempurna.

Namun kebudayaan dan peradaban taklah steril dan juga tidak berhenti, namun senantiasa bergerak dan mengalir mernuju kesempurnaan, mengalami proses membongkar dan membangun.

Kebudayaan dan peradaban memang bukanlah hasil akhir, namun merupakan perubahan yang mengalami proses menuju perbaikan, yang tentu setiap fraksi waktu akan menghadirkan cuplikan dari proses tersebut, yang barangkalai menjadikan kita gamang dan kecil hati, benarkah kebudayaan dan peradaban demikian buruk saat ini.

Hanya dengan Sabar menjalani proses dengan penuh kesadaran menjalani dengan terus taat asaz kepada tujuannya untuk menuju kebudayaan dan peradaban yang sempurna di kemudian harinya.

Sabar berarti tumakninah menjalani proses dengan percaya diri, terus berjuang menjalaninya dengan tekad membara, dan pendirian yang teguh menuju cita cita.

Kini Bangsa Indonesia menghadapi era ketak pastian yang luar biasa, dengan kedudukan dan kelemahan lembaga2 Negara, dari Legislatif, Yudikatif dan Eksekutif, kehancuran perangkat politik, yang jelas melahirkan ketidak pastian politik yang akut.

Apapun yang dilahirkan oleh kondisi politik dengan lemahnya lembaga2 politik tersebut, tentunya akan menghancurkan kredibilitas seluruh hasil Pemilu, baik dimata Rakyat sendiri, apalagi dimata masyarakat International.

Namun Negara adalah perangkat politik Bangsa yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 dengan dilandasi oleh Preambule UUD 1945, yang didirikan oleh Bangsa Indonesia dengan satu tekad dan satu kesatuan kehendak dalam kehidupan bernegara dan berbangsa.

Bangsa Indonesia masih tetap utuh apabila didasarkan kepada satu tekad dan satu kehendak yang termaktub didalam Preambule UUD 1945. Yang akan selalu menjadi landasan terakhir bagi bangsa Indonesia untuk lepas dari permasalahannya.

Ikatan Bangsa dan social kemsyarakatan yang kuat, tentu harus dijadikan fondasi untuk Pijakan kebangkitan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sekaligus keluar dari permasalahan politik yang begitu amburadul.

Tangeh lamun kalau masih ada yang membayangkan akan terjadinya perpecahan dan terpisahnya sebahagian wilayah dan Bangsa Indonesia, dari sabang sampai merauke.

Ekspektasi yang berlebihan dan apabila kita tidak ada dalam kesadaran sejarah Bangsa Indonesia yang sudah beribu tahun yang lalu, maka akan terus menjadi titik rawan terjadinya penghianatan dan upaya memecah wilayah Indonesi, dalam rangka memperkaya diri dan memperjuangkan kepentingan golongan dan kelompoknya sendiri.

Oleh karena itu, tak usah khawatir dan ragu tentang kelanggengan Bangsa Indonesia dan Wilayah Indonesia yang akan senantiasa utuh seperti yang sudah terbentuk satu peradaban Bangsa Indonesia sekaligus Negara Kesatuan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.

Perjuangan menuju kehidupan Bangsa Indonesia yang di cita citakan seperti yang termaktub dalam Preambukle UUD 1945, sudah takmustahil lagi untuk di raih dan dicapai, tinggal kita terus sabar dan tumakninah berjalan mengikuti jalannya sejarah.

Selalu ada hari esok, selalu ada sinar matahari terbit dipagi hari, selalu kan ada esok hari kelanjutannya

Merdeka ! Merdeka ! Merdeka !

Jakarta, 5 Maret 2014

.

Zen Muttaqin

.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun