Mohon tunggu...
Zen Muttaqin
Zen Muttaqin Mohon Tunggu... wiraswasta -

AKU BUKAN APA-APA DAN BUKAN SIAPA-SIAPA. HANYA INSAN YANG TERAMANAHKAN, YANG INGIN MENGHIDUPKAN MATINYA KEHIDUPAN MELALUI TULISAN-TULISAN SEDERHANA.HASIL DARI UNGKAPAN PERASAAN DAN HATI SERTA PIKIRAN. YANG KADANG TERLINTAS DAN MENGUSIK KESADARAN. SEMOGA BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Darahku Tercampur Darahmu

21 Maret 2015   11:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:20 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jejakmu tak pernah mungkin hilang dariku

.
IBU, Yang tak ada,
Dimanakah aku mesti bertanya,
Kemanakah aku mesti mencarimu,
Tak pernah kutemukan jejakmu,

Adakah dirimu,
Masih adakah tempat yang aku bisa jumpa,
Masih adakah saat yang memberikan waktu,
Masih adakah didunia fana, memberikan asa,

Sudahkan kau kembali di haribaan Tuhanmu,

Tergetar hati meredam rasa,
Merintih kasih merindu sukma,
Terbayang sayang, sayang terbuang,
Memerih sembilu, terluka terkenang,

Tak mungkin aku tepis keringatmu,
Yang tercampur didalam darahku,
Tak mungkin aku ingkari darahmu,
Yang mengalir tidak pernah henti,
Tajk mungkin aku hapus keringatmu,
Yang membasah, basahi keringatku,

Aku terlahir bersama darahmu,
Aku terlahir beserta air darimu,
Aku terlahir dengan energy kasihmu,
Aku terlahir tertangkap dekapanmu,

Terbangkit energy yang terbawa hingga kini,

Bagaimana mungkin, aku bisa lari darimu,
Tulang tulangku adalah bagian dari tulang tulangmu,
Memutih tulang diantara merah darahmu,
Memerah, darahku tercampur darahmu,

Bagaimana mungkin mengingkari jejak jejakmu,
Tetets susumu penghilang dahaga hingga kini,
Menyublim tersusun dalam jaringan kulitku,
Berpendar cahaya memancar sinar menyinari,

Bagaimana mungkin kuhilangkan cetakanmu,
Di raut wajahku, di sidik jariku, di sipit mataku,
Di hitam rambut ikalku yang lebat dan jarang,
Di kulit hitamku adalah dirimu yang terbayang,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun