Siapa yang salah, siapa yang merekayasa, semua orang melihat dan menyaksikan, akhirnya terjaring angka dua buat Paslon Ahok Djarot, memang sudah takdirnya mereka memperoleh angka dua yang akrab di telinga masyarakat.
Walau dengan melalui jalan yang tak mulus, dari peristiwa pencalonan Ahok yang sempat tertunda tunda, karena terjadi proses pemilihan Calon di dalam internal PDIP itu sendiri, namun melalui campurtangan Megawati akhirnya PDIP dengan mantab menyandingkan Djarot sebagai Wakil Gubernur dengan Ahok sebagai Gubernur DKI.
Belum berhenti pencalonan keduanya tersiar berita penghujatan Al Maidah 51 Â yang dituduhkan kepada Ahok, saat memberikan ceramah ketika diPulau Seribu. Saat itu terjadi tidak ada sama sekali adanya penistaan terhadap Alqur'an, namun entah memilik agenda apa, terberitakan adanya penistaan Agama di dunia media sosial.
Akhirnya terjadi tunggang menunggangi serta bertindihan dengan segala macam kepentingan membawa masalah itu sebagai titik konsolidasi, membawa Ahok sebagai sasaran utama musuh Ummat Islam Indonesia, namun Upaya MUI dan FPI yang di tengerai diisi oleh Muslim garis keras terganjal masyarakat Islam itu sendiri.
Bahwa Upaya kelompok Radikal membawa Ummat Islam kearah Radikalisme, telah menemui gagal karena memang pada hakekatnya Ummat Islam Indonesia mayoritas berada dibawah Naungan NU dan MUhammadiyah, yang jelas jelas adalah gerakan Islam meoderat, jauh dari pola radikalisme.
Bahkan kedua Organisasi itu hanya bergerak diranah sosial kemasyarakatan jauh dari gerakan Politik, atau politisasi Islam didalam NKRI, pemahaman Panca sila dan Bhinnneka TunggalIka bukan hanya omong kosong belaka, namun memang realitas kehidupan Ummat Islam Indonesia.
Maka dengan pelan namun pasti posisi Ahok dan Djarot aman dijalur Pilkada 2017, proses penegakan hukum sendiri terus berjalan melalui prosedur hukum yang berlaku, Ahok sendiri sudah diperiksa Bareskrim atas inisiatip sendiri, sebagai warga negara yang baik memberikan keterangan kepada Penyidik. Setelah itu adalah kerja Polisi untuk menyelidiki lebih lanjut.
Di tengah tengah ancaman kelompok Islam Radikal dan tekanannya terhadap Ahok, ancaman demo besar besaran yang akan dilakukan pada awal nopember mendatang, namun Ahok sejak tanggal 31 Oktober sudah menjalani cuti untuk memenuhi UU Pemilihan Umum, selama masa kampanye hingga pencoblosan, akhirnya untuk apa demo besar besaran itu dilakukan., kalau ternyata Ahok saat itu sudah tidak lagi menjabat sebagai Gubernur.
Hanya perlawanan penggagalan Ahok memperoleh kemenangan dalam Pilkada yang akan menjadi sasarannya, Ahok akanmengahdapi tidak hanya para pendukung kedua Paslon lainnya namun juga ganguan non pilkada yang dilakukan oleh kelompok Islam Radikal.
Allah menentukan lain diindikasikan terpilihnya Ahok Djarot menjadi no2 Paslon Pilkada, yang akan sangat strategis mengingatkan masyarakat dengan menghidupkan kembali semangat pembaharuan ketika Jokowi Jk menjadi Paslon Pilpres 2014 yang lalu.
Salam dua jari akan kembali berkumandang dilangit Jakarta mengiringi pasangan calon Gubernur DKI Basuki dan Djarot, menjadi jargon jargon yang membangkitkan semangat seluruh masyarakat untuk tetap berjuang konsisten memberikan jalan lapang bagi pemimpin pembaharu Indonesia.