Namun Posisi yang begitu baik ditawarkan Ruhut, justru memperoleh tantangan besar dari para kader Partai Demokrat sendiri yang terus menyuburkan suasana Nepotis, Royalis dan kader kader jenggot. Komitmen Ruhut membawa Partai Demokrat mendukung Ahok adalah langkah politik yang sangat baik dikerjakan.
Gerakan Politik yang manis itu menurut Ruhut akan mengembalikan posisi Partai Demokrat dihati masyarakat, namun apa boleh buat nasi telah menjadi Bubur, justru SBY memilih suasana berbau nepotis, Royalis dan mengambil posisi tanggung jawab, semua dibebankan dibahunya. Justru menendang Ruhut keluar dari Partai Demokrat.
Dua langkah blunder yang telah dilakukan SBY dan Partai Demokrat, membiarkan Ruhut bekerja diluar Partai Demokrat dan mengundurkan diri dari Posisinya di Partai Demokrat, sekaligus hanya terima menjadi Relawan salah satu pendukung TimSes Ahok dan Djarot.
Justru kini tergambarkan bahwa komitmen Ruhut kepada Pluralis dan Kebhinnekaan Tunggal Ika, menjadikannya sebagai tokoh pembawa khittoh Partai Demokrat terbawa ditangannya, justru kini yang tertinggal adalah sebuah Partai Demokrat yang bernuansa Nepotis, Royalis, dan Kader Jenggot. Yang dengan mudah akan ditinggalkan oleh masyarakatnya sendiri.
Selamat datang Ruhut sebagai tokoh Demokrasi tulen khas Indonesia, yang bernuansa gotong royong, Pluralis, jauh dari irrasional, nepotis, Royalis dan Kader kader jenggot.
Langkah besar telah dilakukannya menjadikannya semakin melambung tinggi dikancah perpolitikan nasional, walau hanya menjadi seorang relawan Ahok, Namun dibalik itu, kerelaan dirinya meninggalkan jabatan Petinggi Partai Demokrat, adalah nilai besar yang tak mungkin hilang begitu saja.
Merdeka ! Merdeka ! Merdeka !
 Jakarta, 4 Oktober 2017
Zen Muttaqin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H