Sejarah yang melatar belakangi NU dan pendirinya, merupakan rekan seperjuangan Bung Karno membuka gerbang menuju kemerdekaan sejati Bangsa Indonesia, kedekatan tokoh2 NU dengan Bung Karno sudah tidak bisa dilupakan dan dipungkiri, sejarah telah mencatat dalam tinta emas perjalanan sejarah Bangsa Indonesia.
Kedekatan Bung Karno tidak hanya sebatas pada kedekatan sebagai rekan seperjuangan namun lebih dari itu, bahwa mereka juga menjalin persahabatan secara Pribadi. Gus dur adalah putra Wahid Hasyim yang menjadi salah satu menteri pada saat kabinet di pimpin oleh Presiden Sukarno.
Maka tidak aneh kalau kita sering mendengar kedekatan keluarga Bung Karno dengan Gus Dur, bahkan Gus Dur dianggap oleh anak anak Bung Karno sebagai kakak yang mesti diikuti dan didengarkan. Â Megawati beserta adik adiknya, sampai kapanpun tidak akan pernah meninggalkan Gus Dur.
Karena garis perjuangan Gus Dur dtidak lepas dari nilai2 kebangsaan dan nilai nilai kemanusiaan yang merupakan ciri dari ideology Bung Karno. NU jelas tidak akan jauh dari ideology Bung Karno dan akan selalu membayangi disetiap jengkal jejak, yang di jalani oleh perjuangan kemerdekaan sejati bangsa Indonesia.
Nahdliyin dan Marhaen memiliki sejarah yang sama, berangkat dari rakyat kecil, wong cilik yang selama berabad abad termarginalisasi oleh kekuasaan dan penindasan, sejatinya kemerdekaan hanya akan diperoleh, apabila sudah mencapai kemerdekaan mereka.
Bung Karno dan ideologynya, tidak akan jauh dan akan memperoleh dukungan masif dari nahdliyin serta NU, oleh karena itu apabila Jokowi mampu memerankan diri dengan baik sebagai sukarnois sejati, membawa manusia Indonesia kegerbang kemerdekaan sejati, menjadi bangsa yang memiliki harkat dan martabat selayaknya sebagai manusia yang diciptakan Tuhannya, menjadi bangsa yang sama sederajad dengan bangsa lain di bumi. maka tidak ada kata lain Nahdliyin akan berbondong bondong mendukung sepenuhnya dan menantikan kemerdekaan sejati yang kembali akan menjadi harapannya.
PKB hanyalah Partai yang dengan sangat baik terpisahkan dari NU sebagai organisasi masa, yang bergeming tidak terikut dalam pertikaian serta tarik  menarik kepentingan, yang akhirnya membawa PKB terjerumus menjadi pendukung terjadinya koalisi bagi bagi kekuasaan dan bagi bagi rejeki.
PKB dibawah Muhaimin tidak bisa mengelak, dari perannya terhadap kerusakan tatanan yang terjadi sedemikian sehingga bermunculan trend korupsi dan mega korupsi berjamaah, bagi bagi rejeki dan perebutan kue pembangunan.
Oleh karena itu tinggal tunggu waktu, elite politik penguasa PKB dibawah kelompok Muhaimin harus mempertanggung jawabkan dihadapan konstituen, dan sekaligus PKB mesti kembali kedalam slagorde yang sudah digariskan oleh Gus Dur.
Kini saatnya mengembalikan PKB pada posisi yang sesuai dengan khittohnya, mengembalikan posisi PKB yang harmonis dengan NU serta berpihak kepada kepentingan bangsa terutama 85 % rakyat indonesia, yang ada dibawah kemiskinan yang nota bene adalah warga Nahdliyin dan Marhaen.
Lembaga tidak pernah korupsi, yang melakukan korupsi dan semua tindakan tercela tentu oleh pengurus dan elite politik Partai yang berkuasa. Oleh sebab itu, tidak ada jalan lain selain segera menggantikan seluruh anggota PKB yang bermasalah, untuk segera  dikembalikan kepada kader2 yang mampu memerankan PKB dikancah perubahan saat ini.