sumberfoto,www.mediaindonesia.com
Semakin dekat dengan hari H pemilihan Presiden 9 July, bukannya semakin tenang dan established, malah semakin terguncang guncang seolah oleng, kadang timbul keraguan apakah bisa dan mampu di lewati.
SBY sebagai Partai Demokrat ataupun sebagai Presiden yang disebutkan menempati posisi netral dan tidak akan berpihak kepada kedua capres yang sedang bertarung, ternyata memang sulit melepaskan diri dari kecenderungan kepihakan yang dikatakannya sendiri.
Indikasi indikasi itu begitu nyata terlihat ketika JK dilarutkan serta dihubungkan dengan perpres perumahan mantan Wapres, dan sangat kentara ketika disebutkan hanya JK seorang, padahal Perpres berlaku umum dan berlaku untuk siapa saja asal memenuhi aturan yang ada.
Indikasi indikasi yang memojokkan salah satu Capres Jokowi melalui jaring resmi Istana, adalah keterlanjuran yang amat mengganggu independensi Presiden sebagai pelaksana Pemilu Presiden mendatang, sekaligus penanggungjawab keberhasilan Pemilu.
Bahkan akhir2 ini tidak ada yang mengira dan menduga ternyata Tabloid Obor Rakyat yan nyata nyata menyerang secara brutal dan pribadi sifatnya kepoada Capres Jokowi, terindikasi didalangi oleh pihak istana.
hal ini diungkap oleh Inilah com yang memuat Pengakuan jurnalis pengelola Tabloid obor Rakyat, ,
Yang berisi pengakuan seorang terduga pembuat tabloid obor Rakyat atas nama kolomnis portal berita inilah.com, Darmawan Sepriyossa akhirnya angkat bicara, di media tempat dia bekerja dengan sangat rinci dan jelas menerangkan asal muasal keterlibatannya dalam mengelola Tabloid Rakyat.
Setyardi adalah orang kenalannya yang emberi pekerjaan mengelola tabloid rakyat, dan merupakan salah satu pejabat dari Istana, Setiyardi bilang, dengan meruyaknya tulisan-tulisan kritis di dunia maya, baik dari situs-situs berita maupun laman sosial media, persoalan bahan sebenarnya tak begitu sulit-sulit amat. Saya akui, pendapat itu ada benarnya juga.
“Kita ambil saja tulisan-tulisan kritis yang berseliweran di Fesbuk, Twitter, kan banyak,” kata Setiyardi. “Kan nggak semua warga negara Indonesia punya akun fesbuk dan sehari-hari internetan.” Artinya, Setiyardi berniat membagikan tulisan-tulisan kritis itu kepada mereka yang tak terlalu akrab dengan internet, dalam bentuk media cetak.
Sudah jelas sumber beritanya sangat naif, dan tersebar di media media sosial yang tak jelas tujuan dan maksudnya, bahkan banyak tulisan2 tidak layak tanpa tanggungjawab, kok tega teganya dijadikan sumber pemberitaan, sementara pelaku adalah seorang profesional dibidang jurnalis.