Mohon tunggu...
Zely Ariane
Zely Ariane Mohon Tunggu... -

Menulis hal-hal yang (tidak) disuka (banyak) orang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

‘Keajaiban’ Kontrol Selaput Dara

20 Maret 2016   17:55 Diperbarui: 20 Maret 2016   18:27 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain produksi, reproduksi generasi atau kerja reproduktif, yang lebih banyak ditimpakan pada perempuan dari mulai kelahiran, perawatan sehari-hari dan kala sakit hingga kematian, adalah kunci keberlangsungan corak produksi dari masa ke masa. Dalam sistem kapitalisme hari ini, apalagi ketika ia mengalami krisis yang sistemik dan meluas, genderisasi dan privatisasi fungsi reproduktif ini lebih berat dan lebih keras lagi dikembalikan dan dibebankan pada perempuan. Dalam setiap kebijakan pengetatan anggaran kala krisis, kita bisa saksikan sektor-sektor publik seperti childcare, 

pendidikan dan kesehatan adalah yang paling pertama mendapat serangan. Dan ibu-ibu adalah jaring pengaman sosial paling tulus yang akan menanggung pemeliharaan bayi, anak-anak yang tidak atau putus sekolah, anggota keluarga yang menganggur dan atau yang sakit-sakitan. Generasi yang lahir dan hidup untuk menjadi tenaga kerja pereproduksi sistem, dengan sukarela dan tak berbayar, dipelihara oleh Ibu dengan maupun tanpa bantuan Ayah, apalagi bantuan negara dan penyedia kerja-upahan.

Itulah sebabnya urusan selaput dara ini sama sekali tidak penting. Saking tidak pentingnya urusan ini diukur-ukur, maka tidaklah masuk akal jika kita biarkan dan tidak perduli, apalagi ketika setingkat menteri, anggota dewan, dan sejenisnya kepikiran untuk mengurusinya. Sistem ini tidak mendapat keuntungan langsung dari perempuan yang perawan, namun ia akan tambah panjang umur jika perempuan perawan bermakna perempuan yang takluk, takut dan manut: ke neraka katut ke surga nunut.

Bila kita tak mau bersama-sama bergerak perbesar atmosfer kesetaraan dan keberanian perempuan, tak bisakah kita biarkan saja perempuan mengurus selaput daranya sendiri, agar ia bisa lebih leluasa menyusun perhitungan dengan negara, penyedia kerja-upahan dan apapun yang mendegradasikan dirinya sebagai manusia?***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun