19 Oktober 2014
Bung, kedepan ini adalah pertarungan.
Boleh saja sambil bergembira, tetapi waktu tak memberi kita kemewahan dan banyak jeda untuk merasakannya.’Â
BAIKLAH, perdamaian ternyata lebih cepat dari yang saya duga.
Kau,
Besok Bung dilantik, dan tiba-tiba saja semua jadi patriot, maaf-maafan, saling hormat dan tunduk, saling puja dan puji. Tiba-tiba semua demi persatuan bangsa. Kapan, sebenarnya, kita benar-benar bersatu sejak dihantam kediktatoran Orde Baru, Bung?
Drama di DPR belum sirna dari sudut mata ingatan. Saat itu seluruh kepala-kepala komisi disapu bersih oleh Koalisi yang disinyalir akan menjegalmu, UU Pilkada disahkan tanpa perlawanan signifikan barisan partai pendukungmu. Belum kering keringat para demonstran, belum pun dimulai sidang penggugat UU Pikada di Mahkamah Konstitusi, kau sudah merangkul Prabowo, menyambangi Bakri, menerima Hatta. Besok, mereka akan hadir turut memberimu tepuk tangan.
Sejak awal ini adalah pertarungan, dan mereka semua adalah bagian besar masalah bangsa. Memang ini bukan pertarunganmu, tetapi pertarungan kami. Bagi kami yang bertarung, partai-partai pendukungmu dan Koalisi yang mendominasi DPR adalah sumber masalah, bukan bagian solusi. Tetapi sebagian dari kami mencoba mengerti, bahkan terpaksa harus berjiwa besar, membelamu agar si penjahat Hak Azasi Manusia itu tidak memimpin negeri ini. Sejak awal, sebagian kami, sudah katakan: ini bukan soal menghadang Prabowo dan memenangkanmu belaka, ini soal memenjarakan para pelaku kejahatan kemanusiaan.
Dan tahukah kau, sebagian yang bekerja keras tanpa pamrih di luar lingkaran-lingkaran intimu, adalah orang-orang yang marah pada Prabowo, Bakrie, militerisme, dan intoleransi? Mereka menghendaki masa depan yang berbeda dari masa lalu, yang mengadili kejahatan HAM, yang memfasilitasi demokrasi, mendorong keberagaman, dan membuat garis batas pada warisan politik Orde Baru Soeharto. Merekalah yang juga marah pada beberapa jenderal berdarah yang menjadi inti lingkaranmu.
Sebagian relawan, yang kau bilang adalah satu dari tiga faktor utama kemenanganmu itu, punya tuntutan juga harapan. Sayangnya, yang menuntut lebih sedikit ketimbang yang berharap. Dan kau mulai bermain dengan harapan itu.