Mohon tunggu...
nur’ annisah
nur’ annisah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

hobi membaca buku fantasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Peran Lingkungan Dan Budaya Dalam Perkembangan Sosial Emosional

22 Januari 2025   02:06 Diperbarui: 22 Januari 2025   02:06 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Peran lingkungan dan budaya dalam perkembangan sosial emosional sangatlah penting karena keduanya membentuk cara individu berinteraksi dengan orang lain, merespons perasaan, serta mengelola emosinya dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan sosial emosional merujuk pada kemampuan individu untuk memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosi mereka, serta membangun hubungan sosial yang sehat. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai pengaruh lingkungan dan budaya terhadap perkembangan sosial emosional:

1. Pengaruh Lingkungan dalam Perkembangan Sosial Emosional
Lingkungan mencakup berbagai faktor yang mempengaruhi individu, seperti keluarga, teman sebaya, sekolah, dan komunitas. Masing-masing aspek ini memberikan kontribusi terhadap perkembangan sosial emosional.

a. Keluarga sebagai Lingkungan Awal 

Keluarga adalah lingkungan pertama yang membentuk dasar perkembangan sosial emosional anak. Interaksi dengan orang tua atau pengasuh utama memberi anak kesempatan untuk belajar tentang regulasi emosional, pola interaksi sosial, serta nilai-nilai dasar yang mereka bawa ke dalam kehidupan sosial mereka.

-Pengasuhan dan Gaya Pengasuhan: Gaya pengasuhan (otoriter, permisif, atau otoritatif) mempengaruhi cara anak belajar mengekspresikan dan mengelola emosinya. Pengasuhan otoritatif yang mendukung, penuh kasih sayang, dan konsisten terbukti memberikan dasar yang kuat bagi perkembangan sosial emosional yang sehat.
-Modeling Perilaku: Anak-anak belajar melalui contoh. Orang tua yang menunjukkan cara mengelola stres, berempati, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif akan mengajarkan anak mereka untuk melakukan hal yang sama.

b. Sekolah dan Pendidikan
Sekolah adalah lingkungan sosial kedua yang sangat mempengaruhi perkembangan sosial emosional, terutama melalui interaksi dengan teman sebaya dan guru.
-Hubungan dengan Teman Sebaya: Teman sebaya membantu anak belajar tentang kolaborasi, berbagi, empati, dan keterampilan sosial lainnya. Pengalaman positif atau negatif dengan teman sebaya dapat membentuk pandangan anak tentang dirinya dan orang lain.

-Interaksi dengan Guru: Guru berperan penting dalam membimbing siswa untuk mengembangkan kecerdasan emosional mereka. Dengan memberikan umpan balik positif, mendukung siswa dalam menyelesaikan konflik, serta mengajarkan keterampilan sosial dan pengelolaan emosi, guru dapat memperkuat kemampuan sosial emosional siswa.

c. Komunitas dan Pengaruh Sosial
Komunitas yang mendukung dapat memberikan rasa aman dan identitas bagi individu, yang penting untuk perkembangan sosial emosional.
-Lingkungan Sosial yang Positif: Komunitas yang menghargai keragaman, saling mendukung, dan mengedepankan rasa kebersamaan akan meningkatkan rasa percaya diri dan keamanan sosial pada individu.
-Norma Sosial dan Konflik: Pengaruh norma sosial dalam komunitas juga penting dalam mengatur perilaku sosial dan emosional. Adanya konflik dalam komunitas atau lingkungan yang tidak mendukung dapat mengganggu perkembangan sosial emosional, karena individu mungkin merasa tidak diterima atau dihargai.

2. Pengaruh Budaya dalam Perkembangan Sosial Emosional
Budaya memainkan peran penting dalam cara individu memahami, mengekspresikan, dan mengatur emosi mereka. Setiap budaya memiliki nilai-nilai, keyakinan, dan praktik yang memengaruhi cara anggota budaya tersebut mengembangkan kecerdasan emosional.

a. Perbedaan Ekspresi Emosi
Budaya mempengaruhi cara orang mengekspresikan emosi. Dalam beberapa budaya, ekspresi emosi yang terbuka dianggap wajar, sementara di budaya lain, menahan emosi lebih diterima atau dihargai.
-Budaya Individualistis vs. Kolektivistis: Dalam budaya individualistik (seperti di negara-negara Barat), lebih menekankan pada kebebasan individu dan ekspresi diri, termasuk ekspresi emosional yang lebih terbuka. Sebaliknya, dalam budaya kolektivistik (seperti di banyak negara Asia), keharmonisan sosial lebih ditekankan, sehingga individu cenderung lebih mengontrol ekspresi emosional agar tidak merusak hubungan sosial.
-Ekspresi Emosi Positif dan Negatif: Beberapa budaya lebih menghargai ekspresi emosi positif, seperti kebahagiaan, sementara yang lain lebih mengutamakan kontrol atas emosi negatif, seperti kemarahan atau kecemasa.

b. Norma Sosial dan Peran Gender
Budaya juga menentukan bagaimana emosi dihubungkan dengan peran gender. Misalnya, dalam banyak budaya, perempuan sering dianggap lebih emosional dan lebih ekspresif, sementara laki-laki diharapkan untuk lebih rasional dan menahan emosi mereka, terutama yang berkaitan dengan kelemahan atau ketidakpastian.
-Pengaruh pada Pengelolaan Emosi: Ketika individu dihadapkan dengan ekspektasi sosial yang kaku terkait peran gender mereka, mereka mungkin merasa tertekan untuk mengekspresikan atau menahan emosi mereka dengan cara tertentu. Ini bisa memengaruhi kesehatan emosional mereka, terutama jika mereka merasa tidak dapat mengekspresikan diri secara autentik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun